IMASHITA DWI ANJANI

Kamis, 10 Januari 2013

PENGARUH INDIVIDU

Pengaruh Individu adalah tenaga pendorong dalam diri individu yang memaksa mereka untuk bertindak . tenaga pendorong tersebut dihasilkan oleh keadaan tertekan, yang timbul sebagai akibat kebutuhan yang tidak terpenuhi. Individu secara sadar maupun tanpa sadar berjuang mengurangi melalui prilaku yang mereka harapankan akan memenuhi kebutuhan mereka dan demikian akan membebaskan mereka dari tekanan yang mereka rasakan.

Secara biografis individu memiliki karakteristik yang jelas bisa terbaca, seperti usia, jenis kelamin, status perkawinan, yang semua itu memiliki hubungan signifikan dengan produktivitas atau kinerja  dalam suatu organisasi dan merupakan isu penting dalam dekade mendatang. Dari kajian beberapa bukti riset, memunculkan kesimpulan bahwa usia tampaknya tidak memiliki hubungan dengan produktivitas. Dan para pekerja tua  yang masa kerjanya panjang akan lebih kecil kemungkinannya untuk mengundurkan diri. Demikian pula dengan karyawan yang sudah menikah, angka keabsenan menurun, angka pengunduran diri lebih rendah serta menunjukkan kepuasan kerja yang lebih tinggi daripada karyawan yang bujangan.
Setiap individu pun memiliki kemampuan yang berbeda, kemampuan secara langsung mempengaruhi tingkat kinerja dan kepuasan karyawan melalui kesesuaian kemampuan – pekerjaan. Dari sisi pembentukan perilaku dan  sifat manusia, perilaku individu akan berbeda di karenakan oleh kemampuan yang dimilikinya juga berbeda. Pembelajaran merupakan bukti dari perubahan perilaku individu. Pembelajaran terjadi setiap saat dan relatif permanen yang terjadi sebagai  hasil dari pengalaman.
Meski manusia dapat belajar dan dapat dipengaruhi oleh lingkungan mereka, terlalu sedikit perhatian yang diberikan dalam peran yang di mainkan pada evolusi pembentukan perilaku manusia.  Para psikologi evolusioner memberitahu kita bahwa manusia pada dasarnya sudah terbentuk ketika dilahirkan. Kita lahir di dunia ini dengan sifat-sifat yang sudah mendarah daging, diasah, dan diadaptasikan terus selama jutaan tahun, yang membentuk dan membatasi perilaku kita. Psikologi evolusioner menentang pemahaman yang menyatakan bahwa manusia bebas untuk mengubah perilaku jika dilatih atau dimotivasi. Akibatnya, kita menemukan bahwa orang dalam tataran organisasi sering berperilaku dengan cara yang tampaknya tidak bermanfaat bagi diri mereka sendiri atau majikan mereka. Namun B.F. Skinner, dengan bangga menyatakan keyakinannya dalam membentuk perilaku individu dalam lingkungan, “Berikan saya seorang anak pada saat kelahirannya dan saya dapat berbuat seperti apa yang Anda inginkan”.
Dari teori kepribadian yang dikemukakan oleh Sigmund Freud, memberikan 3 komponen dasar perilaku individu , diantaranya adalah :
Konsepsi Id : adalah subsistem dari kepribadian yang merupakan sumber dan menampung semua kekuatan jiwa yang menyebabkan berfungsinya suatu sistem.Libido dan Agresi adalah elemen kepribadian dari unsur Id yang berkenaan dengan kata hati, hasrat dan keinginan untuk mengejar kesenangan & kepuasan.
Konsepsi Ego : mewakili logika yang dihubungkan dengan prinsip-rinsip realitas dan merupakan subsistem yang berfungsi ganda yakni melayani sekaligus mengendalikan (penengah) dua sisi lainnya (Id & Super Ego), dengan cara berinteraksi dengan dunia atau lingkungan luar.
Konsepsi Super Ego : kekuatan moral dari personalitas yang merupakan sumber nilai, norma dan etika yang dianut seseorang dan memungkinkan ego memutuskan apakah sesuatu itu benar atau salah. Jika seseorang memiliki superego yang baik, maka orang tersebut akan memiliki tingkat kecerdasan spiritual yang tinggi.
MODEL PENGARUH PRIBADI
Pengaruh pribadi menurut teori bekerja dengan tiga cara yang berbeda:
  1. Menetes (trickle down); 
  2. Arus dua langkah (two-sep flow); 
  3.  Interaksi banyak tahap (multistage interaction).
  1. TEORI MENETES
    Teori paling tua mengenai pengaruh pribadi menyatakan bahwa kelas bawah kerap berusaha menyamai perilaku rekan imbangan mereka dan melalui kelas yang lebih tinggi. Dengan kata lain, pengaruh dikirimkan secara vertical melalui kelas sosial, khususnya dalam mode dan gaya yang baru. Agaknya mereka yang berbeda di kelas yang lebih tinggi mengekspresikan kekayaan melalui “konsumsi yang mencolok”, dan perilaku mereka ditiru, bila mungkin, oleh mereka yang berada di dalam strata sosial yang rendah.
    Teori menetes jarang diperlihatkan dewasa ini di Negara-negara yang ekonominya maju. Alasannya adalah bahwa mode baru disebarkan dalam semalam melalui media masa dan dengan cepat ditiru atas dasar barang dagangan masal. Namun, teori ini masih terlihat di dalam ekonomi kesukuan yang belum berkembang bila akses ke media masa terbatas. Namun, di sini pun hal itu menghilang dengan cepat.
    Jenis pengaruh ini jauh lebih lazim terjadi di antara rekan sebaya. Pengaruh ini menjadi dikenal sebagai pengaruh homofilous, suatu istilah yang mengacu pada pengiriman informasi di antara orang yang sama dalam kelas sosial, usia, pendidikan, dan kerakteristik demografi lain.
  2. ARUS DUA LANGKAPada tahun 1948, Lazarsfeld dan para koleganya mengamati bahwa gagasan baru dan pengaruh lain mengalir dari media massa menuju pemberi pengaruh yang pada gilirannya, meneruskannya secara lisan kepada orang lain yang lebih pasif dalam mencari informasi dan jauh lebih sedikit terpapar pada media masa dan sumber lain.

    Walaupun model ini merupakan terobosan bersejarah untuk masanya, sekarannng ada banyak alasan untuk mempertanyakan keakuratannya. Alasan utamanya adalah khalayak tidak sepasif yang diasumsikan teori tersebut. Pertama, dampak jelas bahwa media masa memiliki dampak yang menyebar luas yang tidak terbatas pada pemberi pengaruh. Selain itu, inisiatif tidak harus terletak pada pemberi pengaruh, seperti yang diasumsikan oleh teori tersebut. Komunikasi lisan sama bila tidak lebih sering diprakarsai oleh penerimaan yang mencari advis dari teman atau kerabat yang dapat dipercaya.
  3. INTERAKSI BANYAK TETAP
    Penetilian ekstensif mengenai penyebaran inovasi sebagian besar membatalkan keabsahan model arus dua langkah dengan memperlihatkan bahwa baik pemberi pengaruh maupun pencari dipengaruhi oleh media massa. Sesungguhnya, media massa dapat memotivasi pencari untuk mengancangi seseorang yang lain untuk mendapatkan advis dan bukan sebaliknya. Pemberi pengaruh jarang bertindak sebagai perantara bagi arus isi media massa, sebagaimana yang diasumsikan oleh teori dua langkah.
    Pada suatu masa diterima bahwa pemasang iklan dan pembujuk komersial lain akan mencapai dampak terbesar dengan berkonsentrasi hanya pada orang yang memberi pengaruh. Tentu saja ada asumsi bahwa mereka akan meneruskan apa yang mereka ketahui dari media bersangkutan. Pengertian mutakhir memperlihatkan bahwa baik pemberi pengaruh maupun pencari adalah target yang sah.
    KARAKTERISTIK
    Suatu masalah penting adalah apakah proses pengaruh adalah spesifik produk (monomorfik) atau bertumpang tindih ke dalam bidang-bidang produk lain (polimorfik). Walaupun banyak literature awal yang mendukung hipotesis monomorfik,sekarangalah spesifik produk (monomorfik) atau bertumpang tindih ke dalam bidang-bidang produk lain (polimorfik). Walaupun banyak literature awal yang mendukung hipotesis monomorfik,sekarang ini ada bukti bahwa pengaruh lisan bersifat generalisasi semu (quasi-generalized), dalam hal kebanyakan berfungsi sebagai pemberi pengaruh untuk produk terkait, tetapi tidak untuk semua produk secara umum.
    MOTIVASI
    Pada umunya orang tidak akan berbagi pengalaman mereka dengan produk atau jasa kecuali jika percakapan menghasilkan semacam kepuasan. Motivasi yang mendorong interaksi seperti ini masuk ke dalam satu atau lebih kategori berikut ini:
    1. Keterlibatan produk; 
    2. Peningkatan diri; 
    3. Perhatian terhadap orang lain; 
    4. Intrik pesan; 
    5. Pengurangan disonansi.

    PENGARUH LISAN
    Konsumen kerap berpaling kepada orang lain, khususnya teman dan anggota keluarga, untuk meminta pendapat mengenai produk dan jasa. Pengiriman informasi ini diacu sebagai pemberi pengaruh (influential). Pemberi pengaruh juga disebut pemimpin opini, tetapi lebih menghindari istilah hal ini karena konotasi bahwa pengirim informasi mempunyai posisi dominan atas apa yang disebut “pengikut”. Seperti akan dilihat, pengaruh lisan biasanya ridak diekspresikan di dalam pola hierarki seperti ini. Kapan konsumen paling mungkin menerima dan berespons terhadap komunikasi lisan? Berdasarkan penelitian selama lebih dari 30 tahun, adalah aman untuk menyimpulkan bahwa pengaruh pribadi di dalam bentuk kepemimpinan opini paling mungkin terjadi ketika satu atau lebih dari kondisi dan situasi ini ada :
    1. Konsumen tidak mempunyai informasi yang cukup untuk membuat pilihan yang terinformasi secara memadai. 
    2. Produknya kompleks dan sulit untuk dievaluasi dengan mengunakan kriteria yang objektif. Oleh karena itu, pengalaman orang lain berfungsi sebagai “percobaan yang seolah dilakukan sendiri”. 
    3. Orang bersangkutan tidak mempunyai kemampuan untuk mengevaluasi produk atau jasa, tidak peduli bagaimana informasi tersebut disebarkan dan disajikan. 
    4. Sumber lain dirasakan mempunyai kredibilitas rendah. 
    5. Orang yang berpengaruh lebih mudah diakses daripada sumber lain dan dengan demikian dapat diajak berkonsultasi dengan menghemat waktu dan tenaga. 
    6. Pertalian sosial yang kuat ada di antara pengiriman dan penerimaan.
    7. Individu bersangkutan mempunyai kebutuhan yang tinggi akan persetujuan sosial
    DAMPAK KOMUNIKASI LISAN
    Berikut ini adalah apa yang kami ketahui mengenai efek pengaruh pribadi pada perilaku konsumen : 
    1. Perbandingan dengan media lain. 
    2. Percakapan yang diprakarsai oleh sumber versus pencarian. 
    3. Informasi positif versus negatif.
    4.  Informasi verbal versus visual.

    IMPLIKASI STRATEGI PEMASARAN DARI PENGARUH PRIBADI
    Pertanyaan lisan yang positif dapat menjadi salah satu asset terbesar dari pemasar, sementara hal yang berlawanan dapat berlaku bila isinya negative. Pengaruh pribadi tentu saja tidak dapat langsung dikendalikan oleh perusahaan niaga, tetapi dapat distimulasi dan disalurkan dengan banyak cara. 
    1. Memonitor isi pernyataan lisan. 
    2. Kepercayaan tunggal akan komunikasi lisan. 
    3. Menggunakan pemberi pengaruh sebagai target pasar. 
    4. Mengendalikan komunikasi lisan yang negatif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar