Penipuan di tokobagus mengatasi penipuan di tokobagus contoh kasus
penipuan di tokobagus – Penipuan di tokobagus ini membuat kita semua
merasa kawatir untuk berbelanja secara online, sekarang toko bagus
telah mengiklan situs mereka di tv, saya berharap tidak membuat para
penipu berbondong-bondong datang kesitus toko bagus ini, nama toko
bagus jadi jelek jika banyak kasus penipuan yang terjadi di sini.
Contoh kasus 1 :
Kasus ini di ambil dari postingan F David Talalo, di Forum fotografer.net
Baru baru ini saya tergiur dengan iklan penawaran kamera digital SLR di
situs tokobagus.com disitu ditawarkan oleh seorang pengiklan bernama
charles zhang yg berdomisili di medan, kamera Nikon D200 body only hanya
seharga 2,8jt. pengiklan menyertakan alamat lengkap beserta nama toko –
Miracle Komputer di Shopping Centre YUKI Suka Ramai Lt.2 no.29 dan
nomor telepon 061-76503903.
Bodohnya, saya terlanjur mentransfer uang sejumlah 2,8jt ke rekening
milik bpk.Syukran. baru kemudian setelah itu konfirmasi dari pihak
mall di medan menyatakan bahwa toko itu sudah tutup. barang tidak
sampai, nota pembelian pun tidak difax.
saya hanya menginformasikan hati-hati terhadap situs tokobagus ini
karena banyak harga2 miring disana. beberapa waktu lalu juga sempat ada
yang posting disini mengenai iklan dari tokobagus tsb yang menjual
Canon 1D mark III hanya 5,34jt. penjual Anugrah Digital berdomisili di
bandung. semoga rekan2 tidak ada yang terpancing.
Contoh kasus 2 :
Dari Facebook toko bagus beralamat Facebook.com/tokobagus
penipuan: saya di tipu saya kemaren membeli BB torch 9800 dan sudah
mentransfer sejumlah Rp.800.000,- Ke BRI dengan NO REK 530601012007534
AN. RICKY EDISYAH PUTRA dengan nomor HP 0857 6086 8349 setelah uang di
tranfer HP tidak aktif dan barang pun tidak di trima, saya sangat
kecewa steleh belanja OL di situs toko bagus.COM
Tanggapan Toko bagus.com Dan Tips nya.
Kami turut menyesal & prihatin atas hal tersebut. sudah
melaporkan ini ke support? Silakan laporkan juga kepada pihak yg
berwajib. kami dari pihak Tokobagus sangat terbuka dlm membantu proses
penyelidikan nantinya. …Kami juga sudah memberikan tips jual beli aman
baik di situs kami maupaun di setiap email yg dikirimkan ke team
support. Jgn mudah tergiur dgn harga murah yg jauh dr harga pasaran,
jgn pernah mentransfer uang jika barang blm diterima. Jika penjual
memaksa, lebih baik batalkan saja. Mohon berkonsultasi dulu ke team
support kami jika ada iklan yg mencurigakan.
Nah dengan semakin terkenalnya toko bagus, saya yakin pasti akan
banyak pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab memanfaatkan celah ini,
jadi harap berhati-hati seperti apa yang telah dipaparkan oleh pihak
toko bagus, jangan tergiur dengan harga murah yang jauh lebih murah
dari harga pasaran, semoga dapat membantu.
Sumber:
www.TokoBagus.com
Selasa, 19 November 2013
Kasus Tentang Etika Bisnis Yang Tidak Beretika #kasus ke2
KASUS BURUH WANITA PENGIRIM SMS TEROR, SERIKAT MINTA PENANGGUHAN
Sejumlah rekan O (29), buruh wanita tersangka pengirim pesan pendek (SMS) yang diduga berisi ancaman teror bom ditujukan kepada perusahaan tempatnya bekerja, PT XXX, pabrik sepatu di Kota Tangerang, mengaku menyesali perbuatannya. Dalam kaitan itu, serikat pekerja di perusahaan itu meminta pihak berwenang menangguhkan penahanan tersangka.
Demikian dikatakan Kokom, salah seorang dari sejumlah rekan yang menemui tersangka di Lapas Wanita Tangerang, Kamis (4/10).
“Alhamdulillah akhirnya kami bisa menemui O. Ia tampak lebih baik dibandingkan saat ia di sel polres yang tampak tegang, tapi O kelihatan lebih kurus sekarang. Ia sangat merasa bersalah kepada anaknya, karena disaat anaknya kritis, O tidak mendapat izin untuk merawatnya. Terlebih rekan kami ini harus tetap bekerja lantaran tidak mendapatkan izin cuti hingga anaknya meninggal. Inilah yang menjadi faktor pemicu meluncurnya SMS itu,” papar Kokom, yang juga Ketua Serikat Pekerja di PT XXX.
Kokom menyebutkan, sejak dititipkan di Lapas Wanita sejak Senin lalu, O memang tidak bisa ditemui pihak keluarga dan rekan-rekannya. Namun, lanjut dia, berkat kegigihan rekan-rekannya di Serikat Pekerja PT XXX dalam melakukan aksi dan negosiasi, O dapat juga dipertemukan walaupun masih menghuni ruang karantina.
” Kami akan segera menggelar aksi, meminta kepada pihak kepolisian memberikan penangguhan penahanan terhadap O. Walaupun demikian, fokus kai tetap pada satu tujuan, yaitu pembebasan O secara murni,” tutur Kokom kembali.
Sebelumnya, O ditangkap aparat Kepolisian Polres Metropolitan Tangerang pada 29 September lalu di rumahnya. O dituduh telah menyebar SMS berbunyi , hati-hati yang didalam, malam ini sedang dirakit bom besok akan diledakkan. Saat ini kasus O masih ditangani pihak kepolisian.
Hingga kini, menurut Kokom, perjuangan kaum buruh PT XXX untuk kebebasan O didukung sejumlah tokoh. Kokom berharap dengan dukungan banyak pihak, perjuangan untuk kasus O dan kasus-kasus ketenagakerjaan di PT XXX dapat terselesaikan. ” Kami sudah berkoordinasi dengan beberapa tokoh seperti Budiman Sujadmiko, Dita Indah, Ciptaning, Usman Hamid dan Komnas HAM,”
Aksi teror bom melalui SMS yang dikirimkan O Binti S kepada beberapa karyawan PT XXX diyakini rekan-rekannya bukannya ancaman. Pasalnya, O tidak menyembunyikan identitasnya dalam mengirim SMS, melainkan menggunakan handphone miliknya sendiri.
“Memang O yang kirim SMS itu. Hanya saja kalau dia mau bersungguh-sungguh berniat jahat, untuk apa dia menggunakan handphone miliknya sendiri dengan nomor yang dikenal kawan-kawannya sendiri,”ujar Saban, salah seorang rekan O yang ditemui di lapas, kemarin.
Saban pun meyakini apa yang dilakukan O merupakan dampak dari kekecewaan seorang buruh atas perlakuan pihak perusahaan.
“Bukan hanya O yang kecewa, kami buruh perusahaan juga menelan kekecewaan yang sama. Ya mungkin emosi O dan luka lamanya di tahun 2010 yang menyebabkan ia nekad seperti ini,” tuturnya.
Walaupun O sudah mengakui mengirimkan SMS tersebut, Saban bersama rekan buruh lainnya akan tetap membantu memperjuangkan nasib tersangka untuk kembali menghirup udara kebebasan. Sebab, kata dia, apa yang dilakukan O bukanlah kesengajaan hanya karena emosional semata dan kecewa kepada perusahaan.(H-36)***
Komentar saya :
Setelah saya membaca dan memahami permasalahan yang ada dari kasus diatas, bisa dikatakan bahwa PT XXX selaku perusahaan tidak mempunyai etika bisnis yang semestinya. Seharusnya pihak perusahaan bisa lebih memperhatikan kesejahteraan serta kondisi para pegawainya. Apabila keadaan nya memang sedang mendesak hendaknya perusahaan memberikan kompensasi yang diminta oleh karyawan. Tapi dalam hal ini pihak perusahaan juga tidak bisa sepenuhnya dipersalahkan, karena sebagai pihak yang kuat perusahaan juga mempunyai hak dan peraturan serta undang-undang yang wajib dipatuhi oleh seluruh karyawannya, yang lebih disayangkan dari terjadinya kasus ini adalah hilangnya nyawa seseorang dalam kasus ini adalah anak dari saudari O. Saran yang bisa saya sampaikan dari terjadinya kasus ini adalah, harus adanya komunikasi yang baik antara pihak perusahaan dengan para karyawannya.
Sumber :
http://satelitnews.co.id/kasus-omih-disoroti-dpr/
http://kabar-banten.com/news/detail/7017
Kasus Tentang Etika bisnis Yang tidak Beretika
Contoh
Kasus Tentang Bisnis yang Tidak Beretika “Langgar Hak Paten, Ericsson
Gugat Samsung”
Bab I
Pendahuluan
Kata paten, berasal dari bahasa
inggris patent, yang awalnya berasal dari kata patere yang
berarti membuka diri (untuk pemeriksaan publik), dan juga berasal dari istilah letters
patent, yaitu surat keputusan yang dikeluarkan kerajaan yang memberikan hak
eksklusif kepada individu dan pelaku bisnis tertentu. Dari definisi kata paten
itu sendiri, konsep paten mendorong inventor untuk membuka pengetahuan demi
kemajuan masyarakat dan sebagai gantinya, inventor mendapat hak eksklusif
selama periode tertentu. Mengingat pemberian paten tidak mengatur siapa yang
harus melakukan invensi yang dipatenkan, sistem paten tidak dianggap sebagai
hak monopoli.
Menurut undang-undang nomor 14 tahun
2001 tentang Paten, Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh
Negara kepada Inventor atas hasil Invensinya di bidang teknologi, yang untuk
selama waktu tertentu melaksanakan sendiri Invensinya tersebut atau memberikan
persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya. (UU 14 tahun 2001, ps.
1, ay. 1).
Secara umum, ada tiga kategori besar
mengenai subjek yang dapat dipatenkan: proses, mesin, dan barang yang diproduksi
dan digunakan. Proses mencakup algoritma, metode bisnis, sebagian besar perangkat lunak (software), teknik medis,
teknik olahraga dan semacamnya. Mesin mencakup alat dan aparatus. Barang yang
diproduksi mencakup perangkat mekanik, perangkat elektronik dan komposisi
materi seperti kimia, obat-obatan, DNA,
RNA,
dan sebagainya.
Raksasa perangkat jaringan mobile
Ericsson melayangkan gugatan terhadap pembuat ponsel Samsung Electronics.
Gugatan ini diajukan karena Samsung dituduh telah melanggar hak paten. “Kami
sudah melayangkan gugatan hukum kepada Samsung terkait pelanggaran hak paten di
Amerika Serikat, Inggris, Jerman dan Belanda,” kata Ase Lindskog, juru bicara
Ericsson. Menurut Lindskog, pihaknya telah melakukan negosiasi besar dengan
Samsung terkait pembaharuan lisensi. “Kesepakatan mereka dengan kami telah
berakhir sejak 31 Desember tahun lalu,” ujarnya lagi. Masalahnya, Samsung masih
memakai paten ponsel yang tidak berlisensi lagi. Ketika dikonfirmasi, juru
bicara Samsung di Seoul masih enggan mengomentari masalah ini. Entah iri atau
ingin menjatuhkan rival, yang jelas kasus pelanggaran paten dan perlawanan
legal lainnya sudah sering bahkan biasa terjadi di sektor teknologi. Bisa jadi
karena perusahaan telah menghabiskan banyak dana untuk penelitian dan
pengembangan (R&D).
Selain Samsung, Ericsson juga pernah
menggugat Qualcomm. Tahun lalu Ericsson pernah mengadu ke Uni Eropa karena
Qualcomm dituduh telah ‘mencekik’ kompetisi di pasar chip ponsel. Kembali ke
gugatan terhadap Samsung. Lindskog mengatakan beberapa paten teknologi yang
digugat Ericsson kepada Samsung adalah GSM (Global System for Mobile Communications),
GPRS (General Packet Radio Service) dan EDGE (Enhanced Data rates for GSM
Evolution). “Ini adalah tindakan yang patut disayangkan, tetapi kami harus
melindungi para pemegang saham dan investor kami karena kami sudah
menginvestasikan banyak dana di R&D selama bertahun-tahun,” kata Lindskog.
Bab II
Pembahasan
Kata paten, berasal dari bahasa
inggris patent, yang awalnya berasal dari kata patere yang
berarti membuka diri (untuk pemeriksaan publik), dan juga berasal dari istilah letters
patent, yaitu surat keputusan yang dikeluarkan kerajaan yang memberikan hak
eksklusif kepada individu dan pelaku bisnis tertentu. Dari definisi kata paten
itu sendiri, konsep paten mendorong inventor untuk membuka pengetahuan demi
kemajuan masyarakat dan sebagai gantinya, inventor mendapat hak eksklusif
selama periode tertentu. Mengingat pemberian paten tidak mengatur siapa yang
harus melakukan invensi yang dipatenkan, sistem paten tidak dianggap sebagai
hak monopoli.
Menurut undang-undang nomor 14 tahun
2001 tentang Paten, Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh
Negara kepada Inventor atas hasil Invensinya di bidang teknologi, yang untuk
selama waktu tertentu melaksanakan sendiri Invensinya tersebut atau memberikan
persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya. (UU 14 tahun 2001, ps.
1, ay. 1).
Secara umum, ada tiga kategori besar
mengenai subjek yang dapat dipatenkan: proses, mesin, dan barang yang
diproduksi dan digunakan. Proses mencakup algoritma, metode bisnis, sebagian besar perangkat lunak (software), teknik medis,
teknik olahraga dan semacamnya. Mesin mencakup alat dan aparatus. Barang yang
diproduksi mencakup perangkat mekanik, perangkat elektronik dan komposisi
materi seperti kimia, obat-obatan, DNA,
RNA,
dan sebagainya.
Pelaksanaan hak lewat lisensi :
a. Pemegang hak paten dapat memberikan ijin melalui perjanjian lisensi kepada pihak lain untuk melaksanakan penemuannya. Isi perjanjian lisensi harus tidak menyimpang dari ketentuan dalam undang-undang paten.
b. Perjanjian lisensi sebagaimana diatas, dapat memuat hal-hal sebagai berikut :
a. Pemegang hak paten dapat memberikan ijin melalui perjanjian lisensi kepada pihak lain untuk melaksanakan penemuannya. Isi perjanjian lisensi harus tidak menyimpang dari ketentuan dalam undang-undang paten.
b. Perjanjian lisensi sebagaimana diatas, dapat memuat hal-hal sebagai berikut :
- Hak-hak yang diberikan dalam lisensi (hak khusus/tidak
khusus, dapat ditarik kembali atau tidak, hak atas dokumentasi atau tidak,
dll)
- Jangka waktu lisensi (tidak terbatas atau terbatas, hak
memperbarui dan jangka waktunya)
- Ruang lingkup lisensi (lisensi pada aspek apa,
pengguna, unit, pengguna oleh pihak ketiga/anak perusahaan, hak untuk
merubah penemuan, larangan penggunaan)
- Pembatasan pengalihan dan sublisensi (biasanya lisensi
tidak boleh dialihkan, disublisensikan, dll; biasanya licensee tidak boleh
menggunakan penemuan untuk kepentingan pihak dilluar perjanjian,
pembatasan penggunaan pada lokasi tertentu)
- Pemilikan atas penemuan (menyatakan pemilikan llicensor
atas seluruh hak, hak cipta, hak merek, dll dalam penggunaan, penemuan dan
dokumen terkait; pengakuan akan rahasia dagang; pembatasan akses bagi
pihak lain; pemilikan merupakan representasi licensor atau penemuan;
masalah pemilikan dalam kaitan dengan modifikasi)
- Syarat pembayaran (jadwal pembayaran, keterlambatan,
pengiriman barang, penjualan, penggunaan, pajak, dll)
- Prosedur penerimaan (hak untuk menguji pada periode
waktu yang ditentukan, hak untuk menolak)
- Pelatihan (skopa pelatihan yang disediakan lilsencor,
biaya, lokasi, jumlah peserta, pelatihan pegawai baru)
- Jaminan/warranties (lisencor akan memberikan jaminan
yang sangat terbatas misalnyasyarat jaminan ataskerusakan hanya berlaku 90
hari pertama; lisencee boleh meminta jaminan bahwa paling tidak penemuan
berfungsi seperti apa yang digambarkan oleh dokumen; jangka waktu;
prosedur pemberitahuan kerusakan; prosedur dan waktu tanggapan untuk
perbaikan; perubahan akan menghapus jaminan; dll)
- Pembatasan tanggung jawab lisencor (atas kerusakan
tidak langsung; khusus; kecelakaan; atas kehilangan keuntungan,
pendapatan, informasi, penggunaan, biaya; atas total kerusakan)
- Hak inspeksi (licensor berhak untuk menginspeksi
pekerjaan licensee apakah dilakukan sesuai isi perjanjian)
- Layanan pendukung dan pemeliharaan (ruang lingkup;
waktu tanggapan; pembayaran; kenaikan harga; hubungan dengan perjanjian
terpisah)
- Tidak mengungkap informasi rahasia ( persetujuan untuk
menyimpan informasi rahasia; jangka waktu; lingkup informasi yang
dilindungi; pengecualian; perjanjian membuat karyawan bertindak sesuai
dengan batasan kerahasiaan)
- Denda atas pelanggaran ( lingkup denda; pemberitahuan
kepada licensor tentang klaim tidak adanya pelanggaran; penngawasan oleh
licensor)
- Berakhirnya perjanjian (hak licensor untuk mengakhiri;
hak licensee untuk mengakhiri; gagal bayar dan sengketa tentang pembayran
yang disyaratkan; akibat pengakhiran kontrak; pengembalian barang setelah
akhir kontrak; kewajiban licensee berhenti menggunakan barang setelah
akhir kontrak; sertifikasi)
- Masalah khusus lain (klausula most favored nation;
perlindungan harga; pemasangan; dll)
- Lain-lain ( hukum yang mengatur; yurisdiksi;
pengumuman; hubungan antar pihak; penafsiran terhadap isi kontrak; fee
pengacara; force majeure; dll)
c. Terhadap paten yang tidak
dilaksanakan oleh pemegang hak, pihak ketiga dapat meminta pengadilan
menetapkan dirinya sebagai penerima lisensi dalam rangka dapat melaksanakan
paten tersebut. Tindakan ini disebut sebagai lisen.
Dalam dunia bisnis sering kali
perusahaan melakukan banyak cara agar memenangkan persaingan termasuk dengan
cara pelanggaran hak paten. Banyak alasan mengapa sebuah perusahaan melakukan
pelanggaran hak paten. Penyebabnya bisa jadi karena perusahan telah
menghabiskan banyak dana untuk penelitian dan pengembangan, takut kalah dari
persaing, dan lain-lain.
Pelanggaran yang dilakukan pihak
Samsung sangatlah tidak baik, mengingat telah berakhirnya kesepakatan antara
Samsung dan Ericsson. Hal ini sangat merugikan Ericsson karena Ericsson telah
melakukan penelitian dan pengembangan yang memakan banyak biaya serta waktu
yang tidak sedikit. Dampaknya bagi Ericsson adalah para investor akan mencabut
penanaman modalnya yang mengakibatkan Ericsson akan mengalami kerugian besar.
Bab III
Penutup
Kesimpulan
Saat ini demi memenangkan persaingan
banyak perusahaan yang melakukan pelanggaran hak paten. Dari contoh kasus
diatas dapat disimpulkan bahwa pelanggaran hak paten adalah suatu tindakan yang
dapat merugikan orang lain. Dari hubungan kemitraan antara Samsung dan
Ericsson. Akhirnya berakhir dengan gugatan.
Saran
Sebaiknya jangan hanya karena
keuntungan semata kita merugikan orang lain. Agar mendapatkan keuntungan yang
sebesar-besarnya, kita melakukan hal yang dapat merugikan orang lain.
Berbisnislah dengan cara yang benar dan sesuai etika bisnis.
Sumber :
wikipedia.com
Senin, 07 Oktober 2013
Kasus Etika Bisnis Pada Bank X
KASUS
ETIKA BISNIS BANK X
Pelanggaran
Etika individu Manager Bank X (Malinda Dee) terhadap profesinya
Malinda Dee telah menyalahgunakan jabatan sebagai manajer dan melakukan penyalahgunakan kepercayaan nasabah, blanko yang seharusnya tidak boleh ditandatangani lebih dulu oleh nasabah, tapi telah ditandatangani. Selain itu, BI yang turut menangani kasus Malinda Dee juga menemukan adanya penyetoran uang nasabah melalui Malinda. Padahal, cara seperti ini tidak boleh dilakukan. Penyetoran harus nasabah yang datang langsung ke teller atau kasir.
Malinda Dee telah melanggar kode etik seseorang yang profesional, yaitu :
- Tidak dapat menjaga komitmen untuk berperilaku terhormat dalam melayani klien; Tidak memiliki pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya; Bertindak melampaui batas bukan dalam kerangka pelayanan serta tidak menghormati/menjaga kepercayaan klien; Tidak mampu menunjukkan dedikasi yang terus-menerus untuk mencapai profesionalisme yang tinggi; Tidak memiliki integritas yang mengharuskan seorang profesional untuk, antara lain, bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa; Tidak mengikuti prinsip obyektivitas dan kehati-hatian profesional akibatnya terjadi benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya; Obyektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan. Prinsip obyektivitas mengharuskan untuk bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau berada di bawah pengaruh pihak lain;
Pelanggaran Etika Organisasi Bank X terhadap Etika bisnis
Kasus pelanggaran etika bisnis yang terjadi adalah kasus
Irzen Okta, 50 tahun, meninggal dunia di kantor Bank X Cabang Menara Jamsostek, diduga tewas akibat tekanan psikis dari para debt collector lantaran mempertanyakan tagihan kartu kreditnya yang membengkak dari Rp 48 juta menjadi Rp 100 juta. Sebelumnya, Irzen Octa juga mendapatkan perlakuan kasar dari para debt collector yang datang ke rumahnya. Tidak hanya menghina dan berkata-kata kasar, tetapi para debt collector tersebut juga sampai menginap di teras depan rumahnya. Karena merasa tidak mampu membayar, Irzen Octa sebelumnya telah menawarkan beberapa solusi terhadap pihak Bank X seperti menjadi kurir sukarela dan menawarkan agar kasusnya dibawa ke meja hijau, tetapi pihak Bank X tetap bersikeras agar Irzen membayar hutang-hutangnya.
Dalam hal ini sebaiknya Bank X lebih memperhatikan hal-hal berikut:
- Kode etik penagihan utang melekat pada etika bankir yang mengutamakan keamanan nasabah. Jadi, tidak hanya memperlakukan nasabah sebagai obyek;
- Ketika bank bekerja sama dengan penagih utang, kalau terjadi pelanggaran, bank harus ikut bertanggung jawab;
- Seharusnya pihak bank menyelesaikan hutang piutang itu melalui pengadilan perdata, bukan dengan mengerahkan debt collector.
- Oleh karena itu, sebagai perpanjangan tangan bank, debt collector harus bertindak sesuai dengan aturan dan etika serta sepengetahuan bank;
- BI harus menghapus sistem subkontrak (outsourcing) yang melibatkan jasa debt collector dalam penagihan utang kartu kredit.
Dampak dari dua kasus tersebut Bank Indonesia menyatakan Bank X dilarang menerbitkan kartu kredit kepada nasabah baru selama 2 tahun dan memastikan pelanggaran dalam ketentuan layanan prioritas Citigold dan kartu kredit. Bank X dilarang menggunakan jasa penagihan kartu kredit oleh debt collector selama dua tahun, dilarang menerima nasabah baru layanan prioritas atau Citigold selama satu tahun. BI meminta Bank X memecat pegawai di bawah pejabat eksekutif yang terlibat langsung kasus layanan prioritas Citigold Melinda Dee dan penagihan kartu kredit yang menewaskan Irzen Okta. Bank ini juga tidak boleh membuka kantor baru selama 1 tahun terhitung sejak tanggal 6 Mei 2011.
Malinda Dee telah menyalahgunakan jabatan sebagai manajer dan melakukan penyalahgunakan kepercayaan nasabah, blanko yang seharusnya tidak boleh ditandatangani lebih dulu oleh nasabah, tapi telah ditandatangani. Selain itu, BI yang turut menangani kasus Malinda Dee juga menemukan adanya penyetoran uang nasabah melalui Malinda. Padahal, cara seperti ini tidak boleh dilakukan. Penyetoran harus nasabah yang datang langsung ke teller atau kasir.
Malinda Dee telah melanggar kode etik seseorang yang profesional, yaitu :
- Tidak dapat menjaga komitmen untuk berperilaku terhormat dalam melayani klien; Tidak memiliki pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya; Bertindak melampaui batas bukan dalam kerangka pelayanan serta tidak menghormati/menjaga kepercayaan klien; Tidak mampu menunjukkan dedikasi yang terus-menerus untuk mencapai profesionalisme yang tinggi; Tidak memiliki integritas yang mengharuskan seorang profesional untuk, antara lain, bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa; Tidak mengikuti prinsip obyektivitas dan kehati-hatian profesional akibatnya terjadi benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya; Obyektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan. Prinsip obyektivitas mengharuskan untuk bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau berada di bawah pengaruh pihak lain;
Pelanggaran Etika Organisasi Bank X terhadap Etika bisnis
Kasus pelanggaran etika bisnis yang terjadi adalah kasus
Irzen Okta, 50 tahun, meninggal dunia di kantor Bank X Cabang Menara Jamsostek, diduga tewas akibat tekanan psikis dari para debt collector lantaran mempertanyakan tagihan kartu kreditnya yang membengkak dari Rp 48 juta menjadi Rp 100 juta. Sebelumnya, Irzen Octa juga mendapatkan perlakuan kasar dari para debt collector yang datang ke rumahnya. Tidak hanya menghina dan berkata-kata kasar, tetapi para debt collector tersebut juga sampai menginap di teras depan rumahnya. Karena merasa tidak mampu membayar, Irzen Octa sebelumnya telah menawarkan beberapa solusi terhadap pihak Bank X seperti menjadi kurir sukarela dan menawarkan agar kasusnya dibawa ke meja hijau, tetapi pihak Bank X tetap bersikeras agar Irzen membayar hutang-hutangnya.
Dalam hal ini sebaiknya Bank X lebih memperhatikan hal-hal berikut:
- Kode etik penagihan utang melekat pada etika bankir yang mengutamakan keamanan nasabah. Jadi, tidak hanya memperlakukan nasabah sebagai obyek;
- Ketika bank bekerja sama dengan penagih utang, kalau terjadi pelanggaran, bank harus ikut bertanggung jawab;
- Seharusnya pihak bank menyelesaikan hutang piutang itu melalui pengadilan perdata, bukan dengan mengerahkan debt collector.
- Oleh karena itu, sebagai perpanjangan tangan bank, debt collector harus bertindak sesuai dengan aturan dan etika serta sepengetahuan bank;
- BI harus menghapus sistem subkontrak (outsourcing) yang melibatkan jasa debt collector dalam penagihan utang kartu kredit.
Dampak dari dua kasus tersebut Bank Indonesia menyatakan Bank X dilarang menerbitkan kartu kredit kepada nasabah baru selama 2 tahun dan memastikan pelanggaran dalam ketentuan layanan prioritas Citigold dan kartu kredit. Bank X dilarang menggunakan jasa penagihan kartu kredit oleh debt collector selama dua tahun, dilarang menerima nasabah baru layanan prioritas atau Citigold selama satu tahun. BI meminta Bank X memecat pegawai di bawah pejabat eksekutif yang terlibat langsung kasus layanan prioritas Citigold Melinda Dee dan penagihan kartu kredit yang menewaskan Irzen Okta. Bank ini juga tidak boleh membuka kantor baru selama 1 tahun terhitung sejak tanggal 6 Mei 2011.
Etika Bisnis
Pengertian Etika
Bisnis
Etika
berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu ethos yg berarti : kebiasaan/adat,
akhlak,watak, perasaan, sikap, cara berpikir.
- Menurut Kamus Bahasa Indonesia (Poerwadarminta) etika adalah “ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral)”
- Menurut Drs. O.P. SIMORANGKIR "etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik. "
- Menurut Magnis Suseno, "Etika adalah sebuah ilmu dan bukan sebuah ajaran.Yang memberi kita norma tentang bagaimana kita harus hidup adalah moralitas"
- Menurut Kamus Bahasa Indonesia (Poerwadarminta) etika adalah “ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral)”
- Menurut Drs. O.P. SIMORANGKIR "etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik. "
- Menurut Magnis Suseno, "Etika adalah sebuah ilmu dan bukan sebuah ajaran.Yang memberi kita norma tentang bagaimana kita harus hidup adalah moralitas"
Pengertian
Etika Bisnis
Etika
bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah.
Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam
kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis (Velasquez, 2005).
Dalam
menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain
adalah:
1. Pengendalian diri
2. Pengembangan tanggung jawab social (social
responsibility)
3. Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk
terombang-ambing oleh pesatnya perkembangan informasi dan teknologi
4. Menciptakan persaingan yang sehat
5. Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan”
6. Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi,
Kolusi, dan Komisi)
7. Mampu menyatakan yang benar itu benar
8. Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan
pengusaha kuat dan golongan pengusaha ke bawah
9. Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah
disepakati bersama
10. Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki
terhadap apa yang telah disepakati
11. Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan
dalam suatu hokum positif yang berupa peraturan perundang-undangan
Ada 3
jenis masalah yang dihadapi dalam Etika yaitu
1. Sistematik
Masalah-masalah
sistematik dalam etika bisnis pertanyaan-pertanyaan etis yang muncul mengenai
sistem ekonomi, politik, hukum, dan sistem sosial lainnya dimana bisnis
beroperasi.
2. Korporasi
Permasalahan
korporasi dalam perusahaan bisnis adalah pertanyaan-pertanyaan yang dalam
perusahaan-perusahaan tertentu. Permasalahan ini mencakup pertanyaan tentang
moralitas aktivitas, kebijakan, praktik dan struktur organisasional perusahaan
individual sebagai keseluruhan.
3. Individu
Permasalahan individual dalam etika bisnis adalah pertanyaan
yang muncul seputar individu tertentu dalam perusahaan. Masalah ini
termasuk pertanyaan tentang moralitas keputusan, tindakan dan karakter
individual.
Secara
sederhana yang dimaksud dengan etika bisnis adalah cara-cara untuk melakukan
kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan
individu, perusahaan, industri dan juga masyarakat.
Kesemuanya
ini mencakup bagaimana kita menjalankan bisnis secara adil, sesuai dengan hukum
yang berlaku, dan tidak tergantung pada kedudukan individu ataupun perusahaan
di masyarakat.
Etika
bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan merupakan
standar yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal ketentuan hukum, karena
dalam kegiatan bisnis seringkali kita temukan wilayah abu-abu yang tidak
diatur oleh ketentuan hukum.
Von
der Embse dan R.A. Wagley dalam artikelnya di Advance Managemen Jouurnal
(1988), memberikan tiga pendekatan dasar dalam merumuskan tingkah laku etika
bisnis, yaitu :
· Utilitarian
Approach : setiap tindakan
harus didasarkan pada konsekuensinya. Oleh karena itu, dalam bertindak
seseorang seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat memberi manfaat
sebesar-besarnya kepada masyarakat, dengan cara yang tidak membahayakan dan dengan
biaya serendah-rendahnya.
· Individual
Rights Approach : setiap
orang dalam tindakan dan kelakuannya memiliki hak dasar yang harus dihormati.
Namun tindakan ataupun tingkah laku tersebut harus dihindari apabila
diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan dengan hak orang lain.
· Justice
Approach : para pembuat
keputusan mempunyai kedudukan yang sama, dan bertindak adil dalam memberikan
pelayanan kepada pelanggan baik secara perseorangan ataupun secara kelompok.
Etika
bisnis dalam perusahaan memiliki peran yang sangat penting, yaitu untuk
membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi serta
mempunyai kemampuan menciptakan nilai (value-creation) yang tinggi, diperlukan
suatu landasan yang kokoh.
Contoh
kasus etika bisnis:
1. Sebuah perusahaan pengembang di Lampung membuat
kesepakatan dengan sebuah perusahaan perusahaan kontraktor untuk membangun
sebuah pabrik. Sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati pihak pengembang
memberikan spesifikasi bangunan kepada pihak perusahaan kontraktor tersebut.
Dalam pelaksanaannya, perusahaan kontraktor menyesuaikan spesifikasi bangunan
pabrik yang telah dijanjikan. Sehingga bangunan pabrik tersebut tahan lama dan
tidak mengalami kerusakan. Dalam kasus ini pihak perusahaan kontraktor telah
mematuhi prinsip kejujuran karena telah memenuhi spesifikasi bangunan yang
telah mereka musyawarahkan bersama pihak pengembang.
2. Sebuah Yayasan Maju Selalu menyelenggarakan
pendidikan setingkat SMA. Pada tahun ajaran baru sekolah mengenakan biaya
sebesar Rp.500.000,- kepada setiap siswa baru. Pungutan sekolah ini
diinformasikan kepada mereka saat akan mendaftar,sehingga setelah
diterima,mereka harus membayarnya. Kemudian pihak sekolah memberikan informasi
ini kepada wali murid bahwa pungutan tersebut digunakan untuk biaya pembuatan
seragam sekolah yang akan dipakai oleh semua murid pada setiap hari rabu-kamis.
Dalam kasus ini Yayasan dan sekolah dapat dikategorikan mengikuti transparasi.
3. Pada tahun 1990 an, kasus yang
masih mudah diingat yaitu Enron. Bahwa Enron adalah perusahaan yang sangat
bagus dan pada saat itu perusahaan dapat menikmati booming industri energi dan
saat itulah Enron sukses memasok enegrgi ke pangsa pasar yang bergitu besar dan
memiliki jaringan yang luar biasa luas. Enron bahkan berhasil menyinergikan
jalur transmisi energinya untuk jalur teknologi informasi. Dan data yang ada
dari skilus bisnisnya, Enron memiliki profitabilitas yang cukup menggiurkan.
Seiring dengan booming indutri energi, akhirnya memosisikan dirinya sebagai
energy merchants dan bahkan Enron disebut sebagai ”spark spead” Cerita pada
awalnya adalah anggota pasar yang baik, mengikuti peraturan yang ada dipasar
dengan sebagaimana mestinya. Pada akhirnya Enron meninggalkan prestasi dan
reputasinya baik tersebut, karena melakukan penipuan dan penyesatan.. Sebagai
perusahaan Amerika terbesar ke delapan, Enron kemudian kolaps pada tahun 2001.
Berdasarkan
referensi-referensi dan contoh diatas. saya sependapat etika bisnis adalah
studi yangdikhususkan mengenai moral yang benar dan salah yang harus dipelajari
oleh semua perilaku bisnis. karena menurut saya dalam berbisnis sangat penting
untuk beretika dan melakukan persaingan yang sehat antar pelaku bisnis. kita
dapat melihat di contoh diatas pelaku bisnis yang menggunakan etika dalam
berbisnis akan mengikuti transparansi, kejujuran, dan nilai-nilai moral yang
baik. sedangkan pada contoh ketiga ialah contoh kasus yang melakukan penipuan
dan penyesatan. sangat tidak bagus dan merusak nama dan citra perusahaan.
oleh karena itu, sekali lagi menurut saya Etika Bisnis sangat diperlukan bagi semua pelaku bisnis.
Dan
pendapat saya tentang etika adalah : sikap seseorang dan kelompok
masyarakat dalam merealisasikan moralitas dalam kehidupan sehari-hari menurut
ukuran dan berperilaku yang baik.
referensi:
Jumat, 07 Juni 2013
Contoh Proposal
MENGANALISIS FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI
PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN SEPEDA MOTOR YAMAHA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era globalisasi ini banyak sekali terdapat merk-merk sepeda motor yang ditawarkan kepada konsumen seperti merk YAMAHA, HONDA, SUZUKI, KAWASAKI, KTM dan lain sebagainya. Dimana masing-masing merk motor tersebut berusaha untuk membuat produknya lebih unggul dibandingkan merk lain maka, kegiatan pemasaran yang baik dan tepatlah yang memegang peranan yang penting dalam menunjang kelangsungan usaha dan perkembangan suatu perusahaan. Dengan kata lain pihak produsen harus mampu merebut hati konsumen akan hasil suatu produksi yang dijual dan berupaya untuk memuaskan konsumennya.
Dalam meahami perilaku konsumen tentu tidak mudah karena konsumen memiliki sifat yang berbeda-beda sebagaimana dari kebutuhan manusia yang tidak terbatas disamping dipengaruhi oleh kondisi eksternal dan internal lainnya yang berakibat langsung terhadap prilaku konsumen. Faktor eksternal tersebut meliputi, kebudayaan, sub budaya, kelas sosial, kelompok sosial, kelompok referensi, dan keluarga. Sedangkan faktor internalnya adalah faktor yang ada pada diri konsumen itu sendiri ( psikologis ) yang meliputi : belajar, kepribadian, dan konsep diri, serta sikap. ( Stanton,1996:155 ).
Dan oleh sebab itu, konsumen harus dapat mengendalikan perubahan prilaku tersebut dengan berusaha mengimbanginya, yakni dengan mempengaruhi konsumen dalam membeli produk yang ditawarkan dan melalui evaluasi berkala demi kelangsungan hidup produsen itu sendiri. Tidak semua sepeda motor diminati oleh sebagian besar konsumen yang ada, tetapi hanya beberapa saja.
Sepeda motor YAMAHA sepertinya sudah menjadi tuntutan para pengendara sepeda motor terutama pengendara yang tidak mau repot ketika mau memindahkan gigi motornya, karena motor ini tidak mengunakan sistem pemindah gigi pada motor bebek lainya. Melainkan ketika mengendarainya pengendara hanya cukup mengatur gas nya saja. Melihat keadaan ini penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai perilaku konsumen yang yang merupakan salah satu dasar dalam menerapkan strategi pemasaran untuk mencapai tujuan, yaitu memberikan kepuasan kepada konsumen,sehingga diharapkan dapat membawa kepada peningkatan penjualan yang berakibat langsung pada peningkatan pasar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang di kemukakan,maka dapat diidentifikasikan beberapa hal sebagai berikut :
• Banyaknya merk-merk sepeda motor yang ditawarkan oleh produsen kepada konsumen.
• Sepeda motor merupakan salah satu alat transportasi yang cukup efesien dan mudah mengunakannya.
• Pentingnya memahami prilaku konsumen untuk meningkatkan penjualan.
• Sepeda motor YAMAHA diminati oleh mahasiswa Fakultas Ekonomi UNIHAZ.
Sehingga berdasarkan uraian diatas, maka permasalahannya dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah faktor-faktor seperti harga, selera, kualitas, harga jual kembali, prestice, dan promosi secara simultan mempengaruhi prilaku konsumen dalam membeli sepeda motor YAMAHA ?
2. Dari faktor-faktor tersebut, faktor manakah yang paling dominan memberikan pengaruh terhadap prilaku konsumen terhadap pembelian sepeda motor YAMAHA !
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah sebagai berikut :
1.1 Untuk mengetahui perilaku konsumen dalam pembelian sepeda motor YAMAHA, dilihat dari harga, selera, kuallitas, harga jual kembali, prestice, dan promosi.
1.2 Untuk mengetahui faktor yang paling dominan mempengaruhi prilaku konsumen dalam pemnelian sepeda motor YAMAHA.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
2.1 Penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan dan masukan bagi perusahaan dalam menetapkan kebijakan dan strategi dibidang pemasaran untuk mengimbangi usaha bisnis mereka.
2.2 Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Landasan Teori
1. Pengetian Pemasaran
Sehubungan dengan permasalahannya yang terdapat dalam penelitian ini maka diperlikan teori-teori dan konsep-konsep yang memerlukan penjelasan. Dalam banyak perusahaan dewasa ini, pemasaran memegang peranan sebagai suatu faktor penting untuk bertahan menjalan usaha dan bergelut dalam dunia persaingan. Pemasaran merupakan faktor penting sebagai strategi perusahaan dalam menjalankan usahanya terutama yang berhubungan dengan konsumen. Kata pemasaran berasal dari kata pasar, atau bisa juga diartikan dengan mekanisme yang mempertemukan permintaan dan penawaran.
Menurut Kotler ( 2002 : 9 ) “Pemasaran adalah proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain”.
Menurut Stanton ( 1996 : 6 ) “Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegatan-kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.”
Menurut Lamb, Hair, Me Daniel ( 2001 : 6 ) “Pemasaran adalah suatu proses perencanaan dan menjalankan konsep, harga, promosi, dan sejumlah ide, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang mampu memuaskan tujuan individu dan organisasi.”
Dari ketiga definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya pemasaran bukan hanya kegiatan menjual barang maupun jasa tetapi juga meliputi kegiatan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan dengan berusaha mempengaruhi konsumen untuk bersedia membeli barang dan jasa perusahaan melalui penciptaan, penawaran, dan pertukaran produk yang bernilai.
Hal ini sangat penting bagi manajer pemasaran untuk memahami tingkah laku konsumen tersebut.Sehingga perusahaan dapat mengembangkan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan produk secara lebih baik. Dengan mempelajari prilaku konsumen, manajer akan mengetahui kesempatan, mengidentifikasi, serta menentukan segmentasi pasar 2. Prilaku Konsumen
Menurut Swasta ( 1996 : 6) “Prilaku konsumen dapat didefisikan sebagai kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan termasuk mempergunakan barang dan jasa keputusan pada persiapan dan menentukan kegiatan-kegiatan tersebut.”
Menurut Peter J. Paul dan Jerry C. Olson ( 200 : 6 ) “Prilaku konsumen merupakan interaksi dinamis antara pengaruh dan kondisi kejadian disekitar lingkungan, dimana manusia melakukan aspek pertukaran dalam kehidupan mereka.”
Dari dua jenis definisi di atas dilihat ada dua hal penting dari prilaku konsumen yaitu proses pengembalian keputusan dan kegiatan fisik yang semuanya ini melibatkan individu dalam menilai, mendapatlkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa secara ekonomis. Dengan kata lain prilaku konsumen adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku konsumen dalam arti tindakan-tindakan yang dilakukan untuk membeli suatu barang atau jasa tertentu.
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prilaku Pembelian Konsumen
a. Kebudayan
Kebudayaan mempunyai pengaruh paling luas dan mendalam terhadap prilaku konsumen yang terdiri dari budaya, sub budaya, dan kelas sosial. Budaya merupakan karakter yang paling penting dari suatu sosial yang membedakannya hanyalah dari kelompok budaya lain menjadi penentu dan keinginan dan prilaku paling mendasar. Masing-masing budaya terdiri dari keseluruhan suatu budaya, terbagi dalam suatu strata atau kelas sosial, kelas sosial merupakan kelompok orang yang sama-sama mempertimbangkan secara dekat persamaan diantara mereka sendiri.
b. Faktor Sosial
Pada umumnya konsumen sering meminta pendapat orang lain dari sekitar dan lingkungannya tentang produk apa yang akan dibeli. Karena itulah lingkungan sosial ini memberikan pengaruh terhadap prilaku konsumen, faktor sosial ini terdiri dari 3 ( tiga ) bagian, yaitu : kelompok acuan, keluarga, dan peran seseorang. Dengan pendapat yang diperoleh dari suatu kelompok maka konsumen dapat membuat keputusan kosumsi, keluaga sebagai organisasi pembelian konsumen yang paling penting juga berpengaruh secara langsung terhadap keputusan seseorang dalam membeli barang sehari-hari. Suatu produk atau merk dapat mengambarkan peran dan status pemakainya.
c. Faktor Pribadi
Mulai dari bayi hingga dewasa dan menjadi tua, manusia selalu membutuhkan barang dan jasa. Pilihan barang yang dibeli secara otomatis dipengaruhi oleh keadaan ekonomi dan gaya hidup yang bersangkutan. Gaya hidup adalah cara hidup seseorang yang terlihat melalui aktifitas dan gaya hidup mewah tentunya akan menentukan pilihan barang dan jasa yang berkualitas.
Selain itu kepribadian dan konsep diri juga mempengaruhi pilihan produk, konsep diri adalah bagaimana konsumen memprepsikan diri mereka sendiri yang meliputi sikap, persepsi-persepsi, keyakinan, dan evaluasi diri karena sangat berguna dalam menganalisis prilaku konsumen sehingga perusahaan mengunakan konsep yang berhubungan dengan keprinadian seseorang.
d. Faktor Psikologis
Sikap pembelian psikologis dipengaruhi oleh 4 ( empat ) faktor psikologis utama yaitu : motivasi, persepsi, pembelajaran, dan kepercayaan. Motivasi merupakan bentuk yamg mendorong seseorang dalam melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Melalui motivasi proses pengamatan dan belajar sesorang memperoleh kepercayaan terhadap suatu produk yang secara otomatis mempengaruhi prilaku pembelian konsumen. Para konsumen mengembangkan beberapa keyakinan mengenai ciri-ciri suatu produk dan selanjutnya akan membentuk suatu sikap konsumen terhadap produk tersebut.
e. Faktor Pribadi
Menurut Kotler ( 2002 : 204 ) “Tujuan pemasaran adalah mempengaruhi dan memuaskan kebutuhan serta keinginan pelanggan yang menjadi sasaran. Pada bidang prilaku konsumen ini mempelajari bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, memakai, dan membuang barang dan jasa, gagasan, atau pengalaman dalam rangka memuaskan keputusan dari hasrat mereka. Para perusahaan yang cermat melakukan riset atau quesioner atas proses keputusan yang ada dalam jenis produk mereka. Ketika membuat keputusan untuk membeli suatu produk kosumen melewati tahap-tahap sebagai berikut :
1. Pengenalan Masalah
Proses pembelian dimulai saat pembeli mengenali sebuah masalah atau kebutuhan. pembeli merasakan perbedaan antara keadaan akatualnya dengan keadaan yang diingunkannya. Kebutuhan umum seseorang seperti lapar dan haus saat mencapai titik tertentu dapat menjadi dorongan. Kebutuhan dapat juga ditimbulkan oleh rangsangan eksternal seperti ketika seseorang memperhatikan atau melihat iklan mobil dan ingin membelinya. Dengan mengumpulkan informasi dari sejumlah konsumen, pemasar dapat mengidentifikasi rangasangan yang paling sering membangkitkan minat akan suatu jenis bproduk. Pemasar kemudian dapat membangkitkan strategi pemasaran yang mampu memacu minat konsumen.
2. Pencarian Informasi
Saat seseorang mulai menyadari kebutuhannya, maka produk dan merk harus diidentifikasikan untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam mencapai berbagai alternative untuk memuaskan kebutuhan konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti beberapa banyak biaya waktu, beberapa banyak informasi dari masa lalu dan sumber-sumber lain yang sudah dimiliki konsumen. Yang menjadi minat utama pemasar adalah sumber-sumber informasi utama yang menjadi acuan konsumen dan pengaruh relative dari tiap sumber tersebut terhadap kepuasan pembelian selanjutnya. Secara umum konsumen mendapatkan informasi tentang suatu produk dari sumber komersial yaitu sumber yang didiominasi oleh pemasar.
3. Evaluasi Alternatif
Jika semua alternatif yang wajar diidentifikasikan, konsumen harus mengeveluasinya satu per satu sebagai persiapan untuk mengadakan pembelian. Kriteria evaluasi yang dipakai konsumen mencakup pengalaman masa lalu dan sikap terhadap aneka merk. Konsumen juga mendengarkan tanggapan-tanggapan keluarga dan orang lain. Beberapa konsep dasar akan membantu pemasar dalam memahami evaluasi konsumen yakni yang pertama, konsumen berusaha memenuhi suatu kebutuhan. Kedua, konsumen mencari manfaat tertentu dari suatu produk. Ketiga, konsumen memandand setiap produk sebagai sekumpulan atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang dicari untuk memuaskan kebutuhan.
4. Keputusan Pembelian
Setelah mencari dan mengevaluasi berbagai alternative untuk memenuhi kebutuhan pada titik tertentu harus memutuskan antara membeli atau tidak membeli, jika keputusan yang diambil adalah membeli, konsumen harus membuat rangkaian keputusan yang menyangkut merk, harga, tempat penjualan, warna, dan lain-lain.
5. Prilaku Paska Pembelian
Saat membeli suatu produk, bagi seseorang konsumen akan mengalami tingkat kepuasan dan ketidak puasan tertentu. Perasaan konsumen setelah melakukan pembelian dapat mempengaruhi pembelian ulang dan juga ditambah dengan apa yang dikatakn konsumen kepada teman atau kerabat tentang produk tersebut. Biasanya konsumen akan mengalami kecemasan purnabeli, kecemasan ini disebut disonasi kognitif purnabeli yang terjadi karena setiap alternative yang dihadapi konsumen memiliki kelebihan dan kekurangan.
B. Kerangka Analisa
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan pelanggan sepeda motor YAMAHA dilingkungan mahasiswa Fakultas Ekonomi UNIHAZ
│
Tanggapan terhadap pelanggan
│
Tingkat kepuasan pelanggan sepeda motor YAMAHA dilingkungan mahasiswa Fakultas Ekonomi UNIHAZ
C. Hipotesis Penelitian
a. Hipotesis I
Ho : Diduga faktor-faktor seperti harga, selera, kualitas, harga jual kembali, prestice, dan promosi, secara simultan tidak berpengaruh terhadap prilaku konsumen dalam pembelian sepeda motor YAMAHA.
Ha : Diduga faktor-faktor seperti harga, selera, kualitas, harga jual kembali, prestice, dan promosi, secara simultan berpengaruh terhadap prilaku konsumen dalam pembelian sepeda motor YAMAHA.
b. Hipotesis II
Ho : Diduga faktor kualitas tidak mempunyai pengaruh dominan terhadap prilaku konsumen dalam pembelian sepeda motor YAMAHA dilingkungan Fakultas Ekonomi UNIHAZ.
Ha : Diduga faktor kualitas mempunyai pengaruh dominan terhadap prilaku konsumen dalam pembelian sepeda motor YAMAHA dilingkungan Fakultas Ekonomi UNIHAZ.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi pada Fakultas Ekonomi Universitas Prof. DR. Hazairin. SH yang beralamatkan Jl. Jend. A. YANI NO.1 telp ( 0736 ) 21536, 20956 Bengkulu.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi penelitian
Populasi dalam penelitian ini mencakup seluruh mahasiswa Fakultas Ekonomi UNIHAZ yang membeli sepeda motor YAMAHA.
2. Sampel Penelitian
Karena jumlah populasi yang sangat besar yaitu lebih dari 100 dan keterbatasan waktu, serta tenaga yang dimiliki, maka jumlah yang akan diambil sebanyak 50 responden yang terdapat dalam populasi tersebut. Dimana menurut Arikunto ( 2002 : 12 ) jika populasi lebih dari 100 orang maka diambil sampai 5%-10% atau 20%-30% dari jumlah populasi. Sedangkan menurut Guilford ( 1987 : 125 ) jumlah sampel yang diambil adalah lebih besar dari persyaratan minimal sebanyak 30 responden dimana semakin besar sampel akan memberikan hasil yang akurat.
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa :
a. Data Kualitatif
Yaitu data yang berbentuk kata, kalimat, skema, dan gambar, seperti literatur-literatur serta teori-teori yang berkaitan dengan penelitian penulis.
b. Data Kualintatif
Yaitu data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan ( scoring ).
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini berupa :
a. Data Primer
Yaitu data yang diperoleh langsung dari responden penelitian melalui wawancara dan quesioner di lapangan. D. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :
a. Interview
Yaitu suatu metode yang secara langsung mengadakan wawancara kepada koresponden dengan beberapa pertanyaan untuk mendapatkan data primer.
b. Quesioner
Yaitu teknik pengambilan data dengan memberikan seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk menjawab.
E. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel Terikat ( Y )
Yaitu, perilaku konsumen dalam membeli sepeda motor dilingkungan mahasiswa Fakultas Ekonomi UNIHAZ.
2. Variabel Bebas ( X )
Harga , selera, kualitas, harga jual kembali, prestice, dan promosi. Untuk mengetahui hasil tanggapan responden terhadap variabel-variabel penelitian maka digunakan data interval skala 0-10, sedangkan untuk mengetahui pengukuran dan interprestasi data, maka data internal dibagi menjadi 5 ( lima ) skor interval sebagai berikut
0 ≤ 2 skor 1
2,1 ≤ 4 skor 2
4,1 ≤ 6 skor 3
6.1 ≤ 8 skor 4
8,1 ≤ 10 skor 5
F. Defenisi Operasional Variabel
1. Harga ( X.1 )
Melihat tanggapan konsumen mengenai variabel harga-harga sepeda motor YAMAHA dibandingkan dengan produk yang sejenis.
X.1.1 Perbandingan dengan harga pesaing
Tanggapan konsumen terhadap perbandingan harga sepeda motor YAMAHA dengan sepeda motor lain seperti, HONDA, SUZUKI KAWASAKI, dan lain-lain. Diukur dalam rupiah.
X.1.2 Harga yang ditetapkan
Tanggapan konsumen terhadap harga yang ditetapkan dari produk yang dibeli konsumen. Diukur dalam rupiah.
2. Selera ( X.2 )
Gambaran produk sepeda motor YAMAHA yang diinginkan konsumen dalam memberikan kesenangan dan kepuasan. Indikatornya adalah :
X.2.1 Jenis Model
Penilaian konsumen terhadap berbagai tipe pilihan sepeda motor YAMAHA yang ditawarkan oleh produsen.
X.2.2 Warna
Penilaian konsumen terhadap ragam pilihan warna yang ada pada sepeda motor YAMAHA.
X.2.3 Penampilan Luar atau Body
Penilaian penampilan luar sepeda motor YAMAHA dibandingkan dengan produk pesaingnya.
X.2.4 Ukuran Isi Sylinder Mesin atau CC
Penilaian konsumen terhadap ukuran isi sylinder mesin atau cc terhadap sepeda motor YAMAHA dibandingkan produk pesaingnya.
Ketiga indikator diatas diukur berdasarkan tingkat kesenangan dan kepuasan konsumen.
3. Kualitas ( X3 )
Melihat tanggapan konsumen terhadap kualitas sepeda motor YAMAHA.
X.3.1 Kenyamanan
Penilaian konsumen pada saat mengunakan sepeda motor YAMAHA.
X.3.2 Daya Tahan
Penilaian konsumen terhadap usia operasional sepeda motor YAMAHA yang diharapkan dalam berbagai kondisi cuaca.
4. Harga Jual Kembali ( X4 )
Mengetahui tanggapan kosumen terhadap harga jual kembali dan kemudahan dalam memasarkan produk yang sudah dipakai.
X.4.1 Harga Jual Kembali
Penilaian konsumen terhadap harga sepeda motor YAMAHA. Diukur dalam rupiah.
X.4.2 Pemasaran Produk Purna Pakai
Penilaian konsumen terhadap tingkat kemudahan pemasaran dan penerimaan dari konsumen lainnya terhadap harga jual sepeda motor YAMAHA purna pakai. Di ukur berdasarkan perlakuan.
5. Prestice ( X5 )
Nilai kebanggan yang dirasakan seseorang akibat penggunaan suatu produk. Diukur dari tingkat kesenangan konsumen.
6. Promosi ( X6 )
Suatu bentuk komunikasi pemasaran seperti akivitas untuk menyebarkan informasi, mempengaruhi, membujuk konsumennya untuk membeli sepeda motor YAMAHA.
X.6.1 Iklan
Tanggapan konsumen terhadap iklan sepeda motor YAMAHA yang disampaikan oleh pemasar. Dapat diukur dari frekuensi, luas jangkauan, serta ukuran.
X.6.2 Hadiah
Respon konsumen terhadap sikap simpatik pemasar pada saat membeli sepeda motor YAMAHA. Diukur berdasarkan tingkat kesenangan konsumen.
G. Uji Validasi dan Reabilitasi Instrumen Penelitian
Uji Validasi dan Reabilitasi instrumen penelitian ini dimaksudkan agar data yang diproleh dengan cara penyetaraan quesioner valid dan reliable. Instrumen dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang diinginkan dan mampu mengungkapkan data yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya instrumen menunjukan sejauh mana data yang dikumpulkan tidak menyimpang dari gambaran variabel yang dimaksud ( Suharsimi Arikunto, 145 : 2002 )
Uji validasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji validasi item, yaitu menguji terhadap kualitas item-itemnya, yaitu dengan menghitung koreasi antara setiap item dengan skor total sebagai kriteria validitasnya.
Uji realibilitas bertujuan untuk menguji sejauh mana alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan. Pengukuran realibilitasi dilakukan dengan menggunakan koefesien Alpha Cronbach (a). Dimana biasanya reabilitas minimal 0,5.
H. Teknik Analisa Data
Data yang terkumpul akan dianalisis menggunakan teknik analisis statistik dengan menggunakan program SPPS, dimana rumus statistik yang digunakan adalah Linier Multiple Regression ( regresi liniear berganda ), dimana fungsinya adalah :
Y = a + b1. .X.1 + b2 . X2 + 3 + X3 + b4 . X4 + b5. X5 + b6. X6 + e
Fungsi tersebut menerangkan hubungan antara dua variabel bebas ( X ) dan variabel terikat ( Y ), Dimana :
Y : Prilaku konsumen
a : Konstanta
b1 s/d b6 : Koofesien Regresi
X1 : Harga
X2 : Selera
X3 : Kualitas
X4 : Harga Jual Kembali
X5 : Prestise
X6 : Promosi
e : Faktor ganguan
I. Uji asumsi Klasik
a. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui ada tidaknya kolerasi antara variabel indipendent, jika terjadi kolerasi maka terdapat problem multikolinieritas. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolonieritas antar variabel, dapat dilihat dari Variabel Inflation ( VIF ) dari masing-masing variabel bebas terdapat variabel terikat. Jika nilai VIF kurang dari sepuluh dapat dinyatakan tidak terjadi multikolinieritas ( Gujarati, 1995 ).
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heterskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi tidak terjadi kesamaan varian dari residual suatu pengamatan yang lain. Jika varial residual dari suatu pengamat kepengamatan yang lain tetap, maka disebut omoskedasitisitas. Dan jika varian berbeda disebut heteroskedastisitas ( Santoso, Singgih 2002 : 208 ). Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas dalm penelitian ini mengunakan metode Sperman Rank Corellation. Apabila hasil pengujian menunjunkan lebih dari α = 5% maka tidak ada heteroskedastisitas.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokolerasi digunakan untuk mengetahui apakah dalam pesamaan regrasi mengandung korelasi atau tidak diantara variabel penggangu. Menurut Singgih Santoso ( 2002 : 219 ) untuk mengetahui adanya autokoelasi digunakan uji Durbin-Watson mendekati angka 2 ( dua ) berarti tidak ada autokorelasi.
d. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah model regresi, variabel independent, variabel dependent, atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Untuk mengetahuinya digunakan uji Kolmongorov-Smirnov, menurut Singgih Santoso ( 2001 : 214 ) pedoman pengambilan keputusan dalam uji normalitas yaitu, bila nilai Sig atau signifikan lebih besar daripada 0,005 maka distribusi adalah normalitas ( simetris ).
DAFTAR PUSTAKA
1. Stanton, William J.1996. Prinsip Pemasaran (terjemahan). Edisi 7, jilid 1. Erlangga. Jakarta.
2. Lamb,Hair,Mc Daniel.2001. Pemasaran (terjemahan).Edisi Bahasa Indonesia,Jilid Pertama.Salemba empat.Jakarta.
3. Kotler, Philip.2002.Manajemen Pemasaran (terjemahan).Edisi Millenium, jilid 1.PT. Prenhallindo. Jakarta.
4. Enggel,Blackwell,Miniard.1994. Prilaku Konsumen (terjemahan).Edisi Enam.Jilid Pertama.Binarupa Aksara.Jakarta.
5. Arikunto,Suharsimi.2002. Prosedur Penelitian.Edisi Revisi V.PT.Rineka Cipta.Jakarta.
6. http://pian-glace.blogspot.com/2011/12/proposal-penelitian-ekonomi-manajemen.html
MEMPENGARUHI
PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN SEPEDA MOTOR YAMAHA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era globalisasi ini banyak sekali terdapat merk-merk sepeda motor yang ditawarkan kepada konsumen seperti merk YAMAHA, HONDA, SUZUKI, KAWASAKI, KTM dan lain sebagainya. Dimana masing-masing merk motor tersebut berusaha untuk membuat produknya lebih unggul dibandingkan merk lain maka, kegiatan pemasaran yang baik dan tepatlah yang memegang peranan yang penting dalam menunjang kelangsungan usaha dan perkembangan suatu perusahaan. Dengan kata lain pihak produsen harus mampu merebut hati konsumen akan hasil suatu produksi yang dijual dan berupaya untuk memuaskan konsumennya.
Dalam meahami perilaku konsumen tentu tidak mudah karena konsumen memiliki sifat yang berbeda-beda sebagaimana dari kebutuhan manusia yang tidak terbatas disamping dipengaruhi oleh kondisi eksternal dan internal lainnya yang berakibat langsung terhadap prilaku konsumen. Faktor eksternal tersebut meliputi, kebudayaan, sub budaya, kelas sosial, kelompok sosial, kelompok referensi, dan keluarga. Sedangkan faktor internalnya adalah faktor yang ada pada diri konsumen itu sendiri ( psikologis ) yang meliputi : belajar, kepribadian, dan konsep diri, serta sikap. ( Stanton,1996:155 ).
Dan oleh sebab itu, konsumen harus dapat mengendalikan perubahan prilaku tersebut dengan berusaha mengimbanginya, yakni dengan mempengaruhi konsumen dalam membeli produk yang ditawarkan dan melalui evaluasi berkala demi kelangsungan hidup produsen itu sendiri. Tidak semua sepeda motor diminati oleh sebagian besar konsumen yang ada, tetapi hanya beberapa saja.
Sepeda motor YAMAHA sepertinya sudah menjadi tuntutan para pengendara sepeda motor terutama pengendara yang tidak mau repot ketika mau memindahkan gigi motornya, karena motor ini tidak mengunakan sistem pemindah gigi pada motor bebek lainya. Melainkan ketika mengendarainya pengendara hanya cukup mengatur gas nya saja. Melihat keadaan ini penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai perilaku konsumen yang yang merupakan salah satu dasar dalam menerapkan strategi pemasaran untuk mencapai tujuan, yaitu memberikan kepuasan kepada konsumen,sehingga diharapkan dapat membawa kepada peningkatan penjualan yang berakibat langsung pada peningkatan pasar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang di kemukakan,maka dapat diidentifikasikan beberapa hal sebagai berikut :
• Banyaknya merk-merk sepeda motor yang ditawarkan oleh produsen kepada konsumen.
• Sepeda motor merupakan salah satu alat transportasi yang cukup efesien dan mudah mengunakannya.
• Pentingnya memahami prilaku konsumen untuk meningkatkan penjualan.
• Sepeda motor YAMAHA diminati oleh mahasiswa Fakultas Ekonomi UNIHAZ.
Sehingga berdasarkan uraian diatas, maka permasalahannya dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah faktor-faktor seperti harga, selera, kualitas, harga jual kembali, prestice, dan promosi secara simultan mempengaruhi prilaku konsumen dalam membeli sepeda motor YAMAHA ?
2. Dari faktor-faktor tersebut, faktor manakah yang paling dominan memberikan pengaruh terhadap prilaku konsumen terhadap pembelian sepeda motor YAMAHA !
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah sebagai berikut :
1.1 Untuk mengetahui perilaku konsumen dalam pembelian sepeda motor YAMAHA, dilihat dari harga, selera, kuallitas, harga jual kembali, prestice, dan promosi.
1.2 Untuk mengetahui faktor yang paling dominan mempengaruhi prilaku konsumen dalam pemnelian sepeda motor YAMAHA.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
2.1 Penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan dan masukan bagi perusahaan dalam menetapkan kebijakan dan strategi dibidang pemasaran untuk mengimbangi usaha bisnis mereka.
2.2 Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Landasan Teori
1. Pengetian Pemasaran
Sehubungan dengan permasalahannya yang terdapat dalam penelitian ini maka diperlikan teori-teori dan konsep-konsep yang memerlukan penjelasan. Dalam banyak perusahaan dewasa ini, pemasaran memegang peranan sebagai suatu faktor penting untuk bertahan menjalan usaha dan bergelut dalam dunia persaingan. Pemasaran merupakan faktor penting sebagai strategi perusahaan dalam menjalankan usahanya terutama yang berhubungan dengan konsumen. Kata pemasaran berasal dari kata pasar, atau bisa juga diartikan dengan mekanisme yang mempertemukan permintaan dan penawaran.
Menurut Kotler ( 2002 : 9 ) “Pemasaran adalah proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain”.
Menurut Stanton ( 1996 : 6 ) “Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegatan-kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.”
Menurut Lamb, Hair, Me Daniel ( 2001 : 6 ) “Pemasaran adalah suatu proses perencanaan dan menjalankan konsep, harga, promosi, dan sejumlah ide, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang mampu memuaskan tujuan individu dan organisasi.”
Dari ketiga definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya pemasaran bukan hanya kegiatan menjual barang maupun jasa tetapi juga meliputi kegiatan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan dengan berusaha mempengaruhi konsumen untuk bersedia membeli barang dan jasa perusahaan melalui penciptaan, penawaran, dan pertukaran produk yang bernilai.
Hal ini sangat penting bagi manajer pemasaran untuk memahami tingkah laku konsumen tersebut.Sehingga perusahaan dapat mengembangkan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan produk secara lebih baik. Dengan mempelajari prilaku konsumen, manajer akan mengetahui kesempatan, mengidentifikasi, serta menentukan segmentasi pasar 2. Prilaku Konsumen
Menurut Swasta ( 1996 : 6) “Prilaku konsumen dapat didefisikan sebagai kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan termasuk mempergunakan barang dan jasa keputusan pada persiapan dan menentukan kegiatan-kegiatan tersebut.”
Menurut Peter J. Paul dan Jerry C. Olson ( 200 : 6 ) “Prilaku konsumen merupakan interaksi dinamis antara pengaruh dan kondisi kejadian disekitar lingkungan, dimana manusia melakukan aspek pertukaran dalam kehidupan mereka.”
Dari dua jenis definisi di atas dilihat ada dua hal penting dari prilaku konsumen yaitu proses pengembalian keputusan dan kegiatan fisik yang semuanya ini melibatkan individu dalam menilai, mendapatlkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa secara ekonomis. Dengan kata lain prilaku konsumen adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku konsumen dalam arti tindakan-tindakan yang dilakukan untuk membeli suatu barang atau jasa tertentu.
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prilaku Pembelian Konsumen
a. Kebudayan
Kebudayaan mempunyai pengaruh paling luas dan mendalam terhadap prilaku konsumen yang terdiri dari budaya, sub budaya, dan kelas sosial. Budaya merupakan karakter yang paling penting dari suatu sosial yang membedakannya hanyalah dari kelompok budaya lain menjadi penentu dan keinginan dan prilaku paling mendasar. Masing-masing budaya terdiri dari keseluruhan suatu budaya, terbagi dalam suatu strata atau kelas sosial, kelas sosial merupakan kelompok orang yang sama-sama mempertimbangkan secara dekat persamaan diantara mereka sendiri.
b. Faktor Sosial
Pada umumnya konsumen sering meminta pendapat orang lain dari sekitar dan lingkungannya tentang produk apa yang akan dibeli. Karena itulah lingkungan sosial ini memberikan pengaruh terhadap prilaku konsumen, faktor sosial ini terdiri dari 3 ( tiga ) bagian, yaitu : kelompok acuan, keluarga, dan peran seseorang. Dengan pendapat yang diperoleh dari suatu kelompok maka konsumen dapat membuat keputusan kosumsi, keluaga sebagai organisasi pembelian konsumen yang paling penting juga berpengaruh secara langsung terhadap keputusan seseorang dalam membeli barang sehari-hari. Suatu produk atau merk dapat mengambarkan peran dan status pemakainya.
c. Faktor Pribadi
Mulai dari bayi hingga dewasa dan menjadi tua, manusia selalu membutuhkan barang dan jasa. Pilihan barang yang dibeli secara otomatis dipengaruhi oleh keadaan ekonomi dan gaya hidup yang bersangkutan. Gaya hidup adalah cara hidup seseorang yang terlihat melalui aktifitas dan gaya hidup mewah tentunya akan menentukan pilihan barang dan jasa yang berkualitas.
Selain itu kepribadian dan konsep diri juga mempengaruhi pilihan produk, konsep diri adalah bagaimana konsumen memprepsikan diri mereka sendiri yang meliputi sikap, persepsi-persepsi, keyakinan, dan evaluasi diri karena sangat berguna dalam menganalisis prilaku konsumen sehingga perusahaan mengunakan konsep yang berhubungan dengan keprinadian seseorang.
d. Faktor Psikologis
Sikap pembelian psikologis dipengaruhi oleh 4 ( empat ) faktor psikologis utama yaitu : motivasi, persepsi, pembelajaran, dan kepercayaan. Motivasi merupakan bentuk yamg mendorong seseorang dalam melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Melalui motivasi proses pengamatan dan belajar sesorang memperoleh kepercayaan terhadap suatu produk yang secara otomatis mempengaruhi prilaku pembelian konsumen. Para konsumen mengembangkan beberapa keyakinan mengenai ciri-ciri suatu produk dan selanjutnya akan membentuk suatu sikap konsumen terhadap produk tersebut.
e. Faktor Pribadi
Menurut Kotler ( 2002 : 204 ) “Tujuan pemasaran adalah mempengaruhi dan memuaskan kebutuhan serta keinginan pelanggan yang menjadi sasaran. Pada bidang prilaku konsumen ini mempelajari bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, memakai, dan membuang barang dan jasa, gagasan, atau pengalaman dalam rangka memuaskan keputusan dari hasrat mereka. Para perusahaan yang cermat melakukan riset atau quesioner atas proses keputusan yang ada dalam jenis produk mereka. Ketika membuat keputusan untuk membeli suatu produk kosumen melewati tahap-tahap sebagai berikut :
1. Pengenalan Masalah
Proses pembelian dimulai saat pembeli mengenali sebuah masalah atau kebutuhan. pembeli merasakan perbedaan antara keadaan akatualnya dengan keadaan yang diingunkannya. Kebutuhan umum seseorang seperti lapar dan haus saat mencapai titik tertentu dapat menjadi dorongan. Kebutuhan dapat juga ditimbulkan oleh rangsangan eksternal seperti ketika seseorang memperhatikan atau melihat iklan mobil dan ingin membelinya. Dengan mengumpulkan informasi dari sejumlah konsumen, pemasar dapat mengidentifikasi rangasangan yang paling sering membangkitkan minat akan suatu jenis bproduk. Pemasar kemudian dapat membangkitkan strategi pemasaran yang mampu memacu minat konsumen.
2. Pencarian Informasi
Saat seseorang mulai menyadari kebutuhannya, maka produk dan merk harus diidentifikasikan untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam mencapai berbagai alternative untuk memuaskan kebutuhan konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti beberapa banyak biaya waktu, beberapa banyak informasi dari masa lalu dan sumber-sumber lain yang sudah dimiliki konsumen. Yang menjadi minat utama pemasar adalah sumber-sumber informasi utama yang menjadi acuan konsumen dan pengaruh relative dari tiap sumber tersebut terhadap kepuasan pembelian selanjutnya. Secara umum konsumen mendapatkan informasi tentang suatu produk dari sumber komersial yaitu sumber yang didiominasi oleh pemasar.
3. Evaluasi Alternatif
Jika semua alternatif yang wajar diidentifikasikan, konsumen harus mengeveluasinya satu per satu sebagai persiapan untuk mengadakan pembelian. Kriteria evaluasi yang dipakai konsumen mencakup pengalaman masa lalu dan sikap terhadap aneka merk. Konsumen juga mendengarkan tanggapan-tanggapan keluarga dan orang lain. Beberapa konsep dasar akan membantu pemasar dalam memahami evaluasi konsumen yakni yang pertama, konsumen berusaha memenuhi suatu kebutuhan. Kedua, konsumen mencari manfaat tertentu dari suatu produk. Ketiga, konsumen memandand setiap produk sebagai sekumpulan atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang dicari untuk memuaskan kebutuhan.
4. Keputusan Pembelian
Setelah mencari dan mengevaluasi berbagai alternative untuk memenuhi kebutuhan pada titik tertentu harus memutuskan antara membeli atau tidak membeli, jika keputusan yang diambil adalah membeli, konsumen harus membuat rangkaian keputusan yang menyangkut merk, harga, tempat penjualan, warna, dan lain-lain.
5. Prilaku Paska Pembelian
Saat membeli suatu produk, bagi seseorang konsumen akan mengalami tingkat kepuasan dan ketidak puasan tertentu. Perasaan konsumen setelah melakukan pembelian dapat mempengaruhi pembelian ulang dan juga ditambah dengan apa yang dikatakn konsumen kepada teman atau kerabat tentang produk tersebut. Biasanya konsumen akan mengalami kecemasan purnabeli, kecemasan ini disebut disonasi kognitif purnabeli yang terjadi karena setiap alternative yang dihadapi konsumen memiliki kelebihan dan kekurangan.
B. Kerangka Analisa
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan pelanggan sepeda motor YAMAHA dilingkungan mahasiswa Fakultas Ekonomi UNIHAZ
│
Tanggapan terhadap pelanggan
│
Tingkat kepuasan pelanggan sepeda motor YAMAHA dilingkungan mahasiswa Fakultas Ekonomi UNIHAZ
C. Hipotesis Penelitian
a. Hipotesis I
Ho : Diduga faktor-faktor seperti harga, selera, kualitas, harga jual kembali, prestice, dan promosi, secara simultan tidak berpengaruh terhadap prilaku konsumen dalam pembelian sepeda motor YAMAHA.
Ha : Diduga faktor-faktor seperti harga, selera, kualitas, harga jual kembali, prestice, dan promosi, secara simultan berpengaruh terhadap prilaku konsumen dalam pembelian sepeda motor YAMAHA.
b. Hipotesis II
Ho : Diduga faktor kualitas tidak mempunyai pengaruh dominan terhadap prilaku konsumen dalam pembelian sepeda motor YAMAHA dilingkungan Fakultas Ekonomi UNIHAZ.
Ha : Diduga faktor kualitas mempunyai pengaruh dominan terhadap prilaku konsumen dalam pembelian sepeda motor YAMAHA dilingkungan Fakultas Ekonomi UNIHAZ.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi pada Fakultas Ekonomi Universitas Prof. DR. Hazairin. SH yang beralamatkan Jl. Jend. A. YANI NO.1 telp ( 0736 ) 21536, 20956 Bengkulu.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi penelitian
Populasi dalam penelitian ini mencakup seluruh mahasiswa Fakultas Ekonomi UNIHAZ yang membeli sepeda motor YAMAHA.
2. Sampel Penelitian
Karena jumlah populasi yang sangat besar yaitu lebih dari 100 dan keterbatasan waktu, serta tenaga yang dimiliki, maka jumlah yang akan diambil sebanyak 50 responden yang terdapat dalam populasi tersebut. Dimana menurut Arikunto ( 2002 : 12 ) jika populasi lebih dari 100 orang maka diambil sampai 5%-10% atau 20%-30% dari jumlah populasi. Sedangkan menurut Guilford ( 1987 : 125 ) jumlah sampel yang diambil adalah lebih besar dari persyaratan minimal sebanyak 30 responden dimana semakin besar sampel akan memberikan hasil yang akurat.
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa :
a. Data Kualitatif
Yaitu data yang berbentuk kata, kalimat, skema, dan gambar, seperti literatur-literatur serta teori-teori yang berkaitan dengan penelitian penulis.
b. Data Kualintatif
Yaitu data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan ( scoring ).
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini berupa :
a. Data Primer
Yaitu data yang diperoleh langsung dari responden penelitian melalui wawancara dan quesioner di lapangan. D. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :
a. Interview
Yaitu suatu metode yang secara langsung mengadakan wawancara kepada koresponden dengan beberapa pertanyaan untuk mendapatkan data primer.
b. Quesioner
Yaitu teknik pengambilan data dengan memberikan seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk menjawab.
E. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel Terikat ( Y )
Yaitu, perilaku konsumen dalam membeli sepeda motor dilingkungan mahasiswa Fakultas Ekonomi UNIHAZ.
2. Variabel Bebas ( X )
Harga , selera, kualitas, harga jual kembali, prestice, dan promosi. Untuk mengetahui hasil tanggapan responden terhadap variabel-variabel penelitian maka digunakan data interval skala 0-10, sedangkan untuk mengetahui pengukuran dan interprestasi data, maka data internal dibagi menjadi 5 ( lima ) skor interval sebagai berikut
0 ≤ 2 skor 1
2,1 ≤ 4 skor 2
4,1 ≤ 6 skor 3
6.1 ≤ 8 skor 4
8,1 ≤ 10 skor 5
F. Defenisi Operasional Variabel
1. Harga ( X.1 )
Melihat tanggapan konsumen mengenai variabel harga-harga sepeda motor YAMAHA dibandingkan dengan produk yang sejenis.
X.1.1 Perbandingan dengan harga pesaing
Tanggapan konsumen terhadap perbandingan harga sepeda motor YAMAHA dengan sepeda motor lain seperti, HONDA, SUZUKI KAWASAKI, dan lain-lain. Diukur dalam rupiah.
X.1.2 Harga yang ditetapkan
Tanggapan konsumen terhadap harga yang ditetapkan dari produk yang dibeli konsumen. Diukur dalam rupiah.
2. Selera ( X.2 )
Gambaran produk sepeda motor YAMAHA yang diinginkan konsumen dalam memberikan kesenangan dan kepuasan. Indikatornya adalah :
X.2.1 Jenis Model
Penilaian konsumen terhadap berbagai tipe pilihan sepeda motor YAMAHA yang ditawarkan oleh produsen.
X.2.2 Warna
Penilaian konsumen terhadap ragam pilihan warna yang ada pada sepeda motor YAMAHA.
X.2.3 Penampilan Luar atau Body
Penilaian penampilan luar sepeda motor YAMAHA dibandingkan dengan produk pesaingnya.
X.2.4 Ukuran Isi Sylinder Mesin atau CC
Penilaian konsumen terhadap ukuran isi sylinder mesin atau cc terhadap sepeda motor YAMAHA dibandingkan produk pesaingnya.
Ketiga indikator diatas diukur berdasarkan tingkat kesenangan dan kepuasan konsumen.
3. Kualitas ( X3 )
Melihat tanggapan konsumen terhadap kualitas sepeda motor YAMAHA.
X.3.1 Kenyamanan
Penilaian konsumen pada saat mengunakan sepeda motor YAMAHA.
X.3.2 Daya Tahan
Penilaian konsumen terhadap usia operasional sepeda motor YAMAHA yang diharapkan dalam berbagai kondisi cuaca.
4. Harga Jual Kembali ( X4 )
Mengetahui tanggapan kosumen terhadap harga jual kembali dan kemudahan dalam memasarkan produk yang sudah dipakai.
X.4.1 Harga Jual Kembali
Penilaian konsumen terhadap harga sepeda motor YAMAHA. Diukur dalam rupiah.
X.4.2 Pemasaran Produk Purna Pakai
Penilaian konsumen terhadap tingkat kemudahan pemasaran dan penerimaan dari konsumen lainnya terhadap harga jual sepeda motor YAMAHA purna pakai. Di ukur berdasarkan perlakuan.
5. Prestice ( X5 )
Nilai kebanggan yang dirasakan seseorang akibat penggunaan suatu produk. Diukur dari tingkat kesenangan konsumen.
6. Promosi ( X6 )
Suatu bentuk komunikasi pemasaran seperti akivitas untuk menyebarkan informasi, mempengaruhi, membujuk konsumennya untuk membeli sepeda motor YAMAHA.
X.6.1 Iklan
Tanggapan konsumen terhadap iklan sepeda motor YAMAHA yang disampaikan oleh pemasar. Dapat diukur dari frekuensi, luas jangkauan, serta ukuran.
X.6.2 Hadiah
Respon konsumen terhadap sikap simpatik pemasar pada saat membeli sepeda motor YAMAHA. Diukur berdasarkan tingkat kesenangan konsumen.
G. Uji Validasi dan Reabilitasi Instrumen Penelitian
Uji Validasi dan Reabilitasi instrumen penelitian ini dimaksudkan agar data yang diproleh dengan cara penyetaraan quesioner valid dan reliable. Instrumen dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang diinginkan dan mampu mengungkapkan data yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya instrumen menunjukan sejauh mana data yang dikumpulkan tidak menyimpang dari gambaran variabel yang dimaksud ( Suharsimi Arikunto, 145 : 2002 )
Uji validasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji validasi item, yaitu menguji terhadap kualitas item-itemnya, yaitu dengan menghitung koreasi antara setiap item dengan skor total sebagai kriteria validitasnya.
Uji realibilitas bertujuan untuk menguji sejauh mana alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan. Pengukuran realibilitasi dilakukan dengan menggunakan koefesien Alpha Cronbach (a). Dimana biasanya reabilitas minimal 0,5.
H. Teknik Analisa Data
Data yang terkumpul akan dianalisis menggunakan teknik analisis statistik dengan menggunakan program SPPS, dimana rumus statistik yang digunakan adalah Linier Multiple Regression ( regresi liniear berganda ), dimana fungsinya adalah :
Y = a + b1. .X.1 + b2 . X2 + 3 + X3 + b4 . X4 + b5. X5 + b6. X6 + e
Fungsi tersebut menerangkan hubungan antara dua variabel bebas ( X ) dan variabel terikat ( Y ), Dimana :
Y : Prilaku konsumen
a : Konstanta
b1 s/d b6 : Koofesien Regresi
X1 : Harga
X2 : Selera
X3 : Kualitas
X4 : Harga Jual Kembali
X5 : Prestise
X6 : Promosi
e : Faktor ganguan
I. Uji asumsi Klasik
a. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui ada tidaknya kolerasi antara variabel indipendent, jika terjadi kolerasi maka terdapat problem multikolinieritas. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolonieritas antar variabel, dapat dilihat dari Variabel Inflation ( VIF ) dari masing-masing variabel bebas terdapat variabel terikat. Jika nilai VIF kurang dari sepuluh dapat dinyatakan tidak terjadi multikolinieritas ( Gujarati, 1995 ).
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heterskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi tidak terjadi kesamaan varian dari residual suatu pengamatan yang lain. Jika varial residual dari suatu pengamat kepengamatan yang lain tetap, maka disebut omoskedasitisitas. Dan jika varian berbeda disebut heteroskedastisitas ( Santoso, Singgih 2002 : 208 ). Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas dalm penelitian ini mengunakan metode Sperman Rank Corellation. Apabila hasil pengujian menunjunkan lebih dari α = 5% maka tidak ada heteroskedastisitas.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokolerasi digunakan untuk mengetahui apakah dalam pesamaan regrasi mengandung korelasi atau tidak diantara variabel penggangu. Menurut Singgih Santoso ( 2002 : 219 ) untuk mengetahui adanya autokoelasi digunakan uji Durbin-Watson mendekati angka 2 ( dua ) berarti tidak ada autokorelasi.
d. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah model regresi, variabel independent, variabel dependent, atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Untuk mengetahuinya digunakan uji Kolmongorov-Smirnov, menurut Singgih Santoso ( 2001 : 214 ) pedoman pengambilan keputusan dalam uji normalitas yaitu, bila nilai Sig atau signifikan lebih besar daripada 0,005 maka distribusi adalah normalitas ( simetris ).
DAFTAR PUSTAKA
1. Stanton, William J.1996. Prinsip Pemasaran (terjemahan). Edisi 7, jilid 1. Erlangga. Jakarta.
2. Lamb,Hair,Mc Daniel.2001. Pemasaran (terjemahan).Edisi Bahasa Indonesia,Jilid Pertama.Salemba empat.Jakarta.
3. Kotler, Philip.2002.Manajemen Pemasaran (terjemahan).Edisi Millenium, jilid 1.PT. Prenhallindo. Jakarta.
4. Enggel,Blackwell,Miniard.1994. Prilaku Konsumen (terjemahan).Edisi Enam.Jilid Pertama.Binarupa Aksara.Jakarta.
5. Arikunto,Suharsimi.2002. Prosedur Penelitian.Edisi Revisi V.PT.Rineka Cipta.Jakarta.
6. http://pian-glace.blogspot.com/2011/12/proposal-penelitian-ekonomi-manajemen.html
Langganan:
Postingan (Atom)