IMASHITA DWI ANJANI

Sabtu, 25 September 2010

kebudayaan jawa tengah

>> awal mula nya 
Kebudayaan Jawa merupakan salah satu sosok kebudayaan yang tua. Kebudayaan Jawa mengakar di Jawa Tengah bermula dari kebudayaan nenek moyang yang bermukim di tepian Sungai Bengawan Solo pada ribuan tahun sebelum Masehi. Fosil manusia Jawa purba yang kini menghuni Museum Sangiran di Kabupaten Sragen, merupakan saksi sejarah, betapa tuanya bumi Jawa Tengah sebagai kawasan pemukiman yang dengan sendirinya merupakan suatu kawasan budaya. Dari kebudayaan purba itulah kemudian tumbuh dan berkembang sosok kebudayaan Jawa klasik yang hingga kini terus bergerak menuju kebudayaan Indonesia.
 
Kata klasik ini berasal dari kata Clacius, yaitu nama orang yang telah berhasil menciptakan karya sastra yang mempunyai “nilai tinggi”. Maka karya sastra yang tinggi nilainya hasil karya Clacius itu dinamakan “Clacici”. Padahal Clacici adalah golongan ningrat/bangsawan, sedangkan Clacius termasuk golongan ningrat, oleh karena itu hasil karya seni yang mempunyai nilai tinggi disebut “seni klasik”.
 
Manusia dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang erat sekali. Kedua-duanya tidak mungkin dipisahkan. Ada manusia ada kebudayaan, tidak akan ada kebudayaan jika tidak ada pendukungnya, yaitu manusia. Akan tetapi manusia itu hidupnya tidak berapa lama, ia lalu mati. Maka untuk melangsungkan kebudayaan, pendukungnya harus lebih dari satu orang, bahkan harus lebih dari satu turunan. Jadi harus diteruskan kepada anak cucu keturunan selanjutnya.
 
Kebudayaan Jawa klasik yang keagungannya diakui oleh dunia internasional dapat dilihat pada sejumlah warisan sejarah yang berupa candi, stupa, bahasa, sastra, kesenian dan adat istiadat. Candi Borobudur di dekat Magelang, candi Mendut, candi Pawon, Candi Prambanan di dekat Klaten, candi Dieng, candi Gedongsongo dan candi Sukuh merupakan warisan kebudayaan masa silam yang tak ternilai harganya. Teks-teks sastra yang terpahat di batu-batu prasasti, tergores di daun lontar dan tertulis di kitab-kitab merupakan khasanah sastra Jawa klasik yang hingga kini tidak habis-habisnya dikaji para ilmuwan. Ada pula warisan kebudayaan yang bermutu tinggi dalam wujud seni tari, seni musik, seni rupa, seni pedalangan,seni bangunan (arsitektur), seni busana, adat istiadat, dsbnya.
 
Masyarakat Jawa Tengah sebagai ahli waris kebudayaan Jawa klasik bukanlah masyarakat yang homogen atau sewarna, melainkan sebuah masyarakat besar yang mekar dalam keanekaragaman budaya. Hal itu tercermin pada tumbuhnya wilayah-wilayah budaya yang pada pokoknya terdiri atas wilayah budaya Negarigung, wilayah budaya Banyumasan dan wilayah budaya Pesisiran.
 
Wilayah budaya Negarigung yang mencakup daerah Surakarta – Yogyakarta dan sekitarnya merupakan wilayah budaya yang bergayutan dengan tradisikraton (Surakarta dan Yogyakarta). Wilayah budaya Banyumasan menjangkau daerah Banyumas, Kedu dan Bagelen. Sedangkan wilayah budaya pesisiran meliputi daerah Pantai Utara Jawa Tengah yang memanjang dari Timur ke Barat.
Keragaman budaya tersebut merupakan kondisi dasar yang menguntungkan bagi mekarnya kreatifitas cipta, ras dan karsa yang terwujud pada sikap budaya.
Di daerah Jawa Tengah segala macam bidang seni tumbuh dan berkembang dengan baik, dan hal ini dapat kita saksikan pada peninggalan-peninggalan yang ada sekarang.


>> Harmoni 
kebudayaan jawa itu mengutamakan keseimbangan,keselarasan dan keserasian, jdi semua unsur (hidup dan mati, alam dan mahluk hidup)harus harmonis,saling berdampingan,dan intinya semua harus cocok.
semua yg membuat nya tidak cocok harus dihindari, kalau ada yang mengganggu keseimbangan itu hrus segera dijelaskan biar semua harmonis lagi.
umumnya yang suka mengganggu keseimbangan itu ya kelakuan manusia itu sendiri, entah ulah manusia dengan manusia atau manusia dengan alam, kalau tingkah laku manusia dengan alam,yang menjelaskan lagi pemimpin masyarakat tersebut.
yang susah dalam kebudayaan jawa itu diganggu oleh tingkah pola manusia dengan manusia,umumnya menimbulkan konflik (harmoni nya terganggu). yang nama nya tidak cocok, atau tidak senang itu karena menghindari konflik. umum nya rasa tidak cocok itu disembunyikan.

>> Kelas Sosial
Didalam masyarakat jawa umum nya ada beberapa tingkat sosial, contoh : golongan ningrat dengan masyarakat biasa. ada lagi golongan santri dan golongan abangan. itu juga dari bahasa. didalam bahasa jawa ada kelas atau tingkatan - tingkatan yang bisa menggambarkan status yang berbicara nya.

>> Tingkatan Sosial Bahasa Jawa 
 1. Ngoko 
 2. Ngoko dhata
 3. Madhya
 4. Madhyantara
 5. Kromo
 6. Kromo Inggil
 7. Bagongan
 8. Kedhaton
kedua yg terakhir hanya dipakai dalam lingkungan kraton.

 >> Kejawen
Kejawen adalah suatu kepercayaan yang hidup dimasyarakat jawa. kejawen itu dasarnya dari kepercyaan animisme yang dipengaruhi agama hindu dan budha.maka nya suku jawa umum nya dianggap suku yang mempunyai kemampuan menjalani kepercayaan sinkretisme (mencampuradukkan agama). semua budaya lain diserap dan ditafsirkan menuruti nilai - nilai jawa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar